Kita
hidup di alam semesta yang maha luas, bagai setitik debu di lautan luas.
Bergantung pada sumber energi utama kita, Matahari, dan secara teratur
mengikuti arah geraknya. Dalam keluasan alam semesta, kita semua dilahirkan ke
dalam sebuah misteri, yang telah menghantui kita setidaknya selama kita telah
menjadi manusia. Kita terbangun di dunia kecil ini dibawah taburan bintang. Seperti
bayi yang ditinggalkan di depan pintu tanpa pesan untuk menjelaskan dari mana
kita berasal, siapa kita, bagaimana jagat raya kita terbentuk. Dan tanpa tahu
bagaimana cara mengakhiri keterpencilan kita di jagat raya. Kita harus mencari
tahu semuanya sendiri.
Hal
terbaik yang kita miliki adalah kecerdasan kita, khususnya bakat kita untuk
mengenali pola, dipertajam selama ribuan tahun evolusi. Mereka yang pandai
melihat mangsa dan predator, membedakan mana tumbuhan beracun dan mana yang
bernutrisi, memiliki peluang lebih baik untuk bertahan dan bereproduksi. Mereka
selamat dan mewariskan gen-gen itu untuk mengetahui pola dengan keunggulan yang
nyata (Baca : Seleksi Alami (bagian 1)
Budaya-budaya
di planet ini melihat ke atas bintang yang sama dan menemukan gambar yang
berbeda disana. Kita menggunakan bakat ini untuk mengenali pola di alam, untuk
membaca kalender di langit. Pesan tersebut yang tertulis di bintang memberitahu
nenek moyang kita kapan harus menetap dan kapan harus berpindah. Kapan kawanan
hewan bermigrasi serta hujan dan udara dingin akan datang. Dan kapan mereka
seharusnya berhenti untuk sementara.
Saat mereka mengamati hubungan langsung antara
gerakan bintang dan siklus iklim kehidupan di Bumi, mereka menyimpulkan, secara
alami bahwa apa yang terjadi di atas sana pastilah ditujukan untuk kita di
bawah sini. Segala tanda yang ada di langit akan terjadi di Bumi, satu-satunya tempat hidup manusia.
Pengenalan pola ini membawa tingkat berpikir manusia pada setiap zaman ke arah yang lebih tinggi. Pada zaman dulu, segala pengenalan pola langit mengarah pada kemampuan membuat prediksi berbau ramalan yang terkadang lebih ke mistis. Sekarang, cara berpikir manusia telah berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar