Selamat Datang di Laman Yudi Handayana

Belajar bersama Yudi Handayana

Make one step and never Back

Berjalan pelan asal tetap ke depan

Tampilkan postingan dengan label Fenomena Alam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fenomena Alam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Juni 2019

Mesin Sinar X Raksasa di Langit



Tahukah kamu tentang sinar X?

Ya, sering dikenal sebagai sinar Rongten (penghargaan untuk penemunya), Sinar X bukan hanya ada di rumah-rumah sakit. Sinar X juga bagian dari alam. Bintang-bintang, seperti matahari, mengeluarkan sinar X selain sinar yang tampak. Namun kebanyakan sinar X dihambat ketika mencapai bumi oleh atmosfir kita.

Seperti juga para ilmuwan memotret bintang-bintang dan galaksi yang jauh dengan sinar yang tampak, mereka juga mengambil foto alam semesta dengan sinar X. Dengan mengirim satelit-satelit sinar X tinggi di atas atmosfir bumi, para ilmuwan mengumpulkan sinar X di atas film. Foto-foto sinar X ini menunjukkan benda-benda di tempat-tempat di ruang angkasa yang tampak kosong dan gelap. 

Beberapa benda ini mungkin adalah lubang hitam (benda dengan gravitasi yang sangat hebat sampai cahaya pun tidak dapat lolos). Gas dan debu yang tertarik ke dalam lubang hitam memanas. Seperti diketahui, benda-benda panas mengeluarkan cahaya, semakin panas benda itu, semakin tinggi energi cahayanya. Gas dan debu yang tersedot ke dalam lubang hitam mencapai suhu yang begitu luar biasa sampai mengeluarkan satu hembusan sinar X terakhir sebelum mereka terhisap masuk.

Inilah mesin Sinar X Raksasa di kegelapan langit.

Senin, 17 Juni 2019

Saya makan nasi dan segelas air "Bening"



Wah.. bener juga ya, air yang kita minum kan air bening, kenapa disebut air putih? 
Ada air yang berwarna putih yaitu air susu.

Baiklah, saya akan bahas terkait polemik air putih dan air bening. 

Saat ini kita akui masyarakat semakin kritis (kritis bukan berarti benar). Segala hal dikomentari dan dipertanyakan seperti kejadian alam, proses tertentu, bahkan hidup orang sering dikomentari (positif maupun negatif). Termasuk, saat sekian lama kita mengatakan air "putih" untuk air yang kita minum sehari-hari, dipertanyakan karena warnanya bening.

Nah, penjelasannya seperti ini. Menuru Kamus Besar Bahasa Indonesia, hanya ada istilah "air putih" yang diartikan : 1. air tawar yang dapat diminum; 2. air yang masih asli yang belum dicampur apa-apa. Sedangkan bening dikaitkan dengan bersih, putih, jernih. 

Wah, kenapa tidak dikatakan air "jernih" saja?

Nah, kan.. dikomentari lagi.. hehe

Jadi, jika kita mengatakan air bening, maka itu dapat berarti banyak hal, bisa air hujan, air keran, bahkan air cuka. Bahkan, ada kopi bening, yaitu kopi yang warnanya seperti air biasa, namun rasanya, kopi banget.. Nah, air jernih pun bisa bermacam-macam. Ada air telaga seperti di kisah pewayangan, Bahkan definisi air jernih pun merupakan air yang belum tercampur apapun.

Maka dari itu, istilah "air putih" yang berkembang di masyarakat sebenarnya adalah merupakan suatu istilah yang muncul sesuai konteks. Air putih merujuk pada air sehat yang dapat kita minum sehari-hari. Tidak dapat diartikan secara harfiah air berwarna putih.

Mungkin, istilah sapu tangan dapat menjadi bukti bahwa sapu tangan bukanlah benda yang dipakai menyapu dan berisi tangan. Tapi merupakan kain yang biasa dipakai mengelap peluh atau lainnya.

Selain itu, mungkin pernah mendengar kata "aqua" yang merujuk pada air kemasan, padalah merk nya bukan aqua. "Pralon" yang merujuk pada pipa, padahal tidak semua pipa bermerk pralon. Dan yang terbaru adalah istilah "teh" yang merujuk pada minuman yang berwarna kecokelatan dan sedikit rasa sepat. Tapi ketahuilah bahwa produk-produk yang mirip seperti teh tidak semuanya berbahan daun teh. Banyak sekarang minuman "teh" yang bahan dasarnya adalah daun lain yang dikembangkan karena khasiat, rasa, maupun lainnya. 

Setiap benda memiliki nama tertentu, yang merujuk pada objeknya itu sendiri. Walau memang nama yang dimiliki benda tidak sepenuhnya menggambarkan sifat objek tersebut. Seringkali nama atau istilah yang muncul juga akibat kebiasaan di masyarakat yang sudah dipahami selama bergenerasi-generasi. Selama hal itu masih dimengerti, maka marilah kita terima penggunaan berbagai istilah dalam kehidupan kita..


Rabu, 23 Januari 2019

Warna Api

Warna api sangat beragam. Api dari kayu di acara api unggun perkemahan menari dengan warna kuning, oranye, merah, putih, dan biru. Warna-warna api tergantung pada dua hal, suhu api dan bahan apa yang dibakar.

Untuk melihat bagaimana warna bergantung pada suhu, bayangkan burner (spiral besi) di tungku listrik. Sebelum dinyalakan, burner yang melingkar itu dingin dan hitam. Saat tungku dinyalakan, burnernya memanas dan mulai bersinar merah kusam. Ketika bertambah panas, warnanya semakin merah. Akhirnya saat mencapai suhu tertinggi, spiral besinya akan menjadi oranye kemerahan. 

Tentu saja burner itu tidak benar-benar terbakar. Hanya menjadi sangat panas. Jika bisa lebih panas lagi, warnanya akan berubah menjadi kuning, lalu putih, dan kemudian biru. Biru berarti itu terpanas dari yang panas.

Proses yang serupa juga terjadi dalam api. Misalnya api lilin. Api lilin berkedip dalam beberapa warna berbeda saat sumbunya terbakar sepanjang lilin yang meleleh. Begitu pula api unggun.


Api dapat tercipta jika terdapat oksigen. Ketika lilin terbakar, bagian tengah api, di dekat dasarnya, tidak mendapatkan banyak oksigen, sehingga tampak lebih gelap. Tetapi di bagian luar dan puncak api mendapat banyak oksigen. Di sana, nyala api akan sangat terang. Saat sumbu terbakar, dan lilin meleleh dan mendesis, serpihan kecil karbon, serpihan lilin yang terbakar hangus, berterbangan. Serpihan kecil karbon ini begitu panas, sehingga mereka menyala. Suhunya lebih dari 1.350 derajat Celcius. Jadi bukannya berkilau merah, serpihan tersebut akan menyala kuning. Inilah yang membuat api lilin kebanyakan kuning. Dekat sumbu yang terbakar, apinya biru. Itu karena disana lebih panas lagi.

Di perapian atau api unggun, kita mungkin melihat lebih banyak warna lagi. Api kayu terbakar pada suhu yang lebih rendah daripada lilin. Jadi biasanya lebih oranye dan bukannya kuning. Namun, sejumlah partikel karbon di api sangat panas, dan itu menambahkan warna kuning.

Warna-warna lain di api datang dari berbagai unsur kimia di kayu saat terbakar. Mungkin saja ada sodium di api, sehingga ketika dipanaskan ia mengeluarkan kuning cerah. Jika terdapat mineral kalsium, akan mengeluarkan cahaya merah tua ketika dipanaskan. Jika ada fosfor, akan ada warna kehijauan. Semua unsurini dapat terkandung dalam kayu atau bahan lain yang dilemparkan ke api. 

Namun, tetap saja, unsur karbon yang paling banyak terdapat pada bahan yang dibakar akan menghasilkan warna yang cenderung oranye. Itulah api sebagian besar berwarna oranye.

Senin, 14 Januari 2019

Pelangi, Pelangi, Alangkah Indahmu



Melihat pelangi, entah mengapa sering membuat saya merasa merinding. Barisan warna membentang dari langit, sangat indah dan juga (sedikit) langka.

Orang dulu mengira pelangi adalah tanda dari para dewa. Pelangi bahkan dianggap sebagai jalur sarana komunikasi dengan para dewa, dengan melemparkan uang ke pelangi dan memberikan pesan untuk disampaikan ke penerima. Itu tidak mengherankan. Pelangi muncul di langit, sepertinya secara mendadak, lalu sama misterius dengan kehadirannya, ia menghilang.

Sekarang, kita cukup banyak tahu tentang bagaimana pelangi terjadi, tetapi itu tidak harus membuat kita tidak menghargainya. Para ilmuwan yang membongkar misteri pelangi mengatakan bahwa matematika yang menjelaskan pelangi juga istimewa dan indah (walaupun juga sangat rumit).

Perhatikan, urutan warna pelangi selalu sama, merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Walaupun banyak warna diantaranya, namun itulah warna yang terlihat sangat kuat. Merah adalah pita warna paling cemerlang, memanjang di puncak lengkungan. Kemudian berjajar warna-warna lainnya, yang masing-masing lebih pucat dari sebelumnya. Ungu, yang berada di bagian terdalam lengkungan, adalah yang paling redup dan paling sukar dilihat dibanding lainnya.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, terbuat dari apakah pelangi itu? Jawabannya sederhana. Harus ada butir-butir air di udara, cahaya, dan tentu saja seseorang untuk melihatnya.

Namun, sekedar matahari muncul di tengah hujan masih belum cukup. Semua harus berada di urutan yang tepat. Matahari harus rendah di langit, bahkan sedikit di bawah garis cakrawala. Seseorang yang melihat harus berada membelakangi matahari, memandang ke arah dimana hujan turun atau dimana hujan baru turun.

Proses terjadinya pelangi kira-kira sebagai berikut. Seberkas sinar matahari dalam perjalanan panjangnya di angkasa menembus pusat tetesan air hujan. Saat berkas sinar menembus bagian luar tetesan air, ia membias sedikit. Tetesan air hujan bertindak sebagai prisma, dan membiaskan setiap warna yang tersembunyi dalam sinar putih. Jadi saat sinar itu memasuki tetesan air hujan, sinar putih mendadak terpecah menjadi berkas-berkas warna yang cantik.

Di dalam tetesan air hujan, berkas-berkas berwarna bertabrakan dengan dinding dalam tetesan. Dinding ini bertindak seperti cermin, dan memantulkan berkas cahaya darinya. Kini dengan lebih terbiaskan lagi, berkas cahaya melesat keluar dari tetesan melalui sisi yang sama saat masuk.

Sinar matahari awalnya datang dari belakang orang. Kini cahaya yang sudah berubah kembali pada orang tersebut. Mata kita melihat pelangi warna warni dalam bentuk lengkungan di langit yang merupakan cahaya yang dibiaskan dan dipantulkan oleh ratusan ribu tetesan kecil air hujan.

Sesekali, dalam situasi yang sangat jarang, kita mungkin mendapatkan kesenangan langka melihat dua pelangi muncul bersamaan. Yang kedua, lebih besar dan sangat pucat sampai nyaris tidak terlihat serta warnanya terbalik. Pita paling luar adalah ungu dan pita paling dalam adalah merah. Pelangi ganda disebabkan oleh berkas cahaya yang dipantulkan dua kali di dalam tiap tetesan air hujan.

Karena ini adalah tipuan cahaya, pelangi bukan benda di langit seperti burung atau awan. Setiap orang yang ada di sana melihat pelangi yang berbeda, yang tercipta dari berkas cahaya yang mengalir dari belakangnya dan memantul dari tetesan air hujan di depannya. Pelangi yang kita lihat adalah pelangi kita sendiri. Oleh karena itu, dua orang yang berbeda tidak akan melihat pelangi dengan posisi yang persis sama.

Baca artikel fenomena alam lainnya disini

Senin, 19 November 2018

Langit Biru

Bintang kecil, dilangit yang biru
Amat Banyak, menghias angkasa
Aku ingin, terbang dan menari
Jauh tinggi, ke tempat kau berada

Itu adalah lagu yang sering kita nyanyikan sedari kecil (semoga anak-anak zaman sekarang masih tetap bernyanyi lagu itu). Sebuah lagu yang asal dinyanyikan tanpa mencoba untuk tahu makna dari lagu itu.

Jika boleh kita kritis,bukankan bintang banyak terlihat di malam hari, dan langit berwarna hitam? Bisa saja kita ngeles dengan bilang matahari adalah bintang dan ada di langit biru. Pertanyaan selanjutnya, benarkah langit berwarna biru? Pernahkah dibandingkan dengan langit planet lain/bulan?


Secara nyata, langit yang kita lihat di siang hari yang cerah memang berwarna biru. Warna langit (angkasa) yang sebenarnya adalah gelap. Foto astronot di angkasa dan di bulan memperlihatkan hal ini. Warna gelap yang terlihat tersebut dikarenakan bulan tidak memiliki atmosfer.

Nah, mengapa langit berwarna biru? Pertanyaan yang sepele, namun susah dijawab. Apalagi jika harus menjelaskan kepada anak kecil. 

Ya, atmosfer sangat berperan penting dalam membentuk kehidupan di bumi, termasuk salah satunya keindahan warna langit bumi. Pagi hari dan sore hari, di ufuk timur dan barat akan menampakkan warna langit jingga, sedangkan di siang hari yang cerah menampakkan warna biru. Warna biru yang kita lihat di langit itu merupakan hasil dispersi cahaya matahari. 



Dispersi merupakan proses perpendaran (penguraian) cahaya menjadi spektrum penyusunnya. Cahaya terdiri dari dua jenis, yaitu monokromatik dan polikromatik. Cahaya polikromatik ini dapat terurai menjadi cahaya monokromatik penyusunnya jika dilewatkan pada suatu prisma. Adapun cahaya putih merupakan salah satu cahaya polikromatik.



Matahari memancarkan cahaya putih ke bumi. Bumi dilijdungi oleh atmosfer yang tersusun atas berbagai macam gas seperti nitrogen, oksigen, argon, dan juga uap air yang akan menyerap cahaya putih tadi dan berlaku seperti prisma. Cahaya putih ini kemudian terdispersi menjadi berbagai macam warna . 

Setiap warna cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda. Perbedaan panjang gelombang ini yang menyebabkan cahaya dapat terdispersi. Mata kita sebagai suatu alat optik akan menangkap panjang gelombang yang tinggi sebagai warna merah, orange, dan kuning. Panjang gelombang yang rendah dikenali oleh mata sebagai warna biru. Panjang gelombang cahaya yang tinggi akan diteruskan lurus, sedangkan panjang gelombang yang rendah akan disebarkan ke segala arah (efek pembiasan). Itulah akhirnya menyebabkan langit berwarna dominan biru karena penyebaran cahaya dengan panjang gelombang rendah ke segala arah. Peristiwa ini sering disebut sebagai Rayleigh Scattering.

Kamis, 16 Agustus 2018

Skala Richter


Sering kita mendengar jika terjadi gempa dengan skala 7.0 Skala Richter, dan seterusnya. Apakah Skala Richter tersebut? Apakah kekuatan gempa 8.0 SR merupakan kelipatan dua kali gempa 4.0 SR? Seberapa kuatkah gempa dengan Skala Richter tersebut?

Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.

Kita tidak perlu tahu bagaimana hitungan skala ini. Yang perlu kita tahu banyak sebagai masyarakat umum adalah seberapa besar energi dan kerusakan yang ditimbulkan. Dalam perhitungannya, parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer).

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Sebenarnya, Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi. Namun, perbedaan yang ditimbulkan oleh pengukuran dengan gempa berkekuatan tinggi tidak  banyak. Oleh karena itu, SR masih digunakan dalam perhitungan gempa besar, walau tidak jarang akan dikoreksi berkali-kali oleh badan yang berwenang.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama. Skala Richter merupakan skala pertama yang dikembangkan Richter untuk mengukur besaran gempa yang disebut Magnitudo Lokal (ML).

Kekuatan gempa dengan Skala Richter bukanlah linier. Skala ini menggunakan logaritma. Artinya, setiap naik 1 skala, maka itu berarti energinya kelipatan 10. Berarti, gempa skala 3 SR merupakan gempa yang 10 kali lebih kuat dari gempa skala 2 SR. Berarti pula, gempa skala 8 SR adalah gempa yang 100.000 kali lebih kuat dibanding gempa skala 3 SR.

Gempa dengan SR kurang dari 2.0 merupakan gempa kecil yang bahkan tidak terasa di sekitar pusat gempa di permukaan bumi. Gempa dengan SR 2.0 - 2.9 tidak terasa, namun terekam oleh alat. Gempa dengan SR 3.0 - 3.9 seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan. Gempa dengan SR 4.0 - 4.9 dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan. Gempa dengan SR 5.0 - 5.9 dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil. Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik.

Gempa dengan SR  6.0 - 6.9 dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km. Gempa dengan SR 7.0 - 7.9 dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas. Gempa dengan SR 8.0 - 8.9 dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil. Gempa dengan SR  9.0 - 9.9 dapat menghancurkan area ribuan mil. Gempa dengan SR 10.0 - 10.9 terasa dan dapat menghancurkan sebuah benua. Gempa SR 11.0-11.9 dapat terasa di separuh sisi bumi. Biasanya hanya terjadi akibat tumbukan meteorit raksasa. Biasanya disertai dengan gemuruh. Contohnya tumbukan meteorit di teluk Chesepeak. Gempa dengan SR 12.0-12.9 bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan meteorit di semenanjung Yucatan, 65 juta tahun yang lalu yang membentuk kawah Chicxulub. Untuk gempa yang lebih dari itu belum pernah terekam.

Nah, begitu besar energi dari gempa ini dan perbedaan energi antar skala ini menyebabkan pihak berwenang harus sangat teliti dan hati-hati dalam menyebarkan informasi terkait skala gempa. Ini berefek pada kemungkinan korban dan kerusakan yang ditimbulkan serta analisis terhadap akitivitas lempeng bumi. Oleh karena itu, tidak jarang pihak terkait selalu merevisi nilai Skala gempa.

Senin, 13 Agustus 2018

Jenis-Jenis Gempa


Bumi tersusun atas lempeng-lempeng yang saling bergerak. Lempeng bumi terdiri atas lempeng benua maupun lempeng samudera. Pertemuan dua lempeng itu bagaikan sebuah lidi yang dibengkokkan. Lidi mula-mula melengkung sampai batas tertentu dan akhirnya patah. Saat tekanan suatu lempeng itu maksimal, maka seperti lidi yang patah, lempeng akan melepaskan energinya. Terjadilah gempa.




Gempa tidak hanya diakibatkan oleh tumbukan lempeng. Gempa bisa diakibatkan oleh berbagai macam fenomena. Fenomena gunung berapi salah satunya. Selama aktivitas gunung yang akan erupsi, akan terjadi gempa di sekitar gunung. Namun, gempa bumi ini tidak banyak merusak. Kerusakan diakibatkan oleh letusan gunung tersebut. Gempa jenis ini disebut gempa Vulkanik.

Gempa bumi yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah gempa yang diakibatkan oleh aktivitas lempeng bumi. Gempa ini disebut sebagai gempa tektonik. Gempa ini dapat melepaskan energi yang sangat besar. Besarnya energi yang dilepaskan diberikan skala dengan Skala Richter.

Gempa tektonik ini yang menghantui hampir di seluruh bagian bumi. Energi gempa yang merambat dari sumber terjadinya akan mampu menimbulkan kerusakan parah. Selain itu, gempa ini dapat memicu gelombang besar tsunami, yang tentu saja memperparah bencana yang terjadi.

Penyebab gempa lainnya yang sangat jarang terjadi  adalah gempa akibat tumbukan meteor atau asteroid. Namun, pada bumi purba, gempa jenis inilah yang paling sering terjadi. Setiap saat bumi selalu ditumbuk oleh meteor maupun asteroid. Bahkan, saat ini, satelit kita, bulan, terus mengalami tumbukan meteor sehingga gempa selalu terjadi.

Meskipun jarang terjadi, namun jika sekali terjadi, maka akan ada kepunahan di muka bumi ini. Tumbukan terakhir asteroid dengan bumi mampu menghapus era dinosaurus.

Dengan berbahayanya gempa yang tidak dapat terprediksi kapan akan terjadinya, maka selayaknya kita sebagai manusia harus banyak bersyukur dengan nafas yang masih diberikan.


Kamis, 09 Agustus 2018

Gempa Bumi

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan kejadian beruntun yang memakan korban banyak, gempa di pulau Lombok. Gempa ini sungguh menakutkan, yang mana penulis sendiri mengalami bagaimana mencekamnya saat gempa terjadi. Dibalik ketakutan itu, penulis menyempatkan menulis tentang gempa, dan memaknai gempa dari sisi sains.



Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.

Gempa bumi terjadi karena ada penumpukan tekanan pada pertemuan dua buah lempeng bumi. Ya, bumi tersusun atas lempeng-lempeng yang saling bergerak. Lempeng bumi terdiri atas lempeng benua maupun lempeng samudera. Pertemuan dua lempeng itu bagaikan sebuah lidi yang dibengkokkan. Lidi mula-mula melengkung sampai batas tertentu dan akhirnya patah. Saat tekanan suatu lempeng itu maksimal, maka seperti lidi yang patah, lempeng akan melepaskan energinya.

Energi yang dilepaskan sangat lah besar. Skala penentuan energi ini dilabeli dengan suatu skala logaritmik yang paling terkenal yaitu Skala Richter (dibahas pada tulisan lain). Energi yang besar ini bagi daerah yang dekat dengan pusat gempa (vertikal maupun horisontal) akan sangat merusak. Namun bagi daerah yang jauh, akan terasa getaran-getaran kecil. Animasi video terjadinya gempa dapat dilihat disini

Tidak ada satupun ilmu maupun teori yang saat ini bisa memprediksi gempa bumi. Hal ini karena penumpukan tekanan sangat bergantung pada kelenturan bagian lempeng yang bertemu. Proses itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun, bahka ratusan tahun. Oleh karena itu, sangat susah menduga kapan gempa akan terjadi. Jangankan menentukan menitnya, memprediksi jam, hari, bulan, bahkan tahun terjadinya gempa saja sangat mustahil. Oleh karena itu, gempa merupakan bencana alam yang sesungguhnya, yang tidak bisa kita tebak datangnya.

Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri menghadapi bencana (jika tinggal di daerah rawan gempa), baik tempat tinggal maupun tindakan darurat yang dilakukan. Sisanya, hanya doa kepadaNya agar kita terhindar dari mala petaka. Manusia adalah setitik debu dari kebesaran ciptaanNya.

Rabu, 08 Agustus 2018

Struktur Bumi

Pernahkah kalian bertanya apa yang ada di bawah kaki kita? Saat kita berdiri di atas tanah, apakah tanah di bawah kita ini memang padat sampai sedalam-dalamnya? Bisakah kita membuat terowongan ke bawah dan tembus di bagian bumi lainnya? 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kita temukan jawabannya sedikit saat melihat fenomena gunung meletus. Gunung memuntahkan lava panas yang mengalir dari dalam bumi. Nah, berarti, apakah isi perut bumi?




Struktur Bumi bagian dalam terbagi dalam beberapa lapisan, seperti halnya sebuabawang. Bumi secara umum terdiri dari beberapa lapisan yaitu bagian paling atas disebut litosfer atau crust, lapisan di bawahnya adalah astenosfer atau mantel dan yang paling bawah adalah inti bumi.

Bagian dalam dari bumi dapat diketahui dengan mempelajari sifat-sifat fisika bumi yaitu dengan metode geofisika., terutama dari kecepatan rambatan getaran atau gelombang seismik, sifat kemagnetannya dan gaya berat serta data panas bumi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian dalam bumi tersusun dari material yang berbeda-beda mulai dari permukaan bumi sampai ke inti bumi.

Dengan metode geofisika tersebut juga diketahui bahwa berat jenis bumi keseluruhan adalah sekitar 5,52. Kerak bumi sendiri yang merupakan lapisan terluar dan disusun oleh batu-batuan. Material yang menyusun bagian dalam bumi merupakan material yang lebih berat dengan berat jenis yang lebih besar daripada batuan yang menyusun kerak bumi.

Lapisan mantel bumi merupakan lapisan paling tebal dari bumi. Lapisan ini terdiri dari magma cair yang terus mengalir. Magma ini sebagai cairan tempat lempeng bumi "mengapung". Magma ini merupakan sumber utama bebatuan di permukaan bumi oleh aktivitas vulkanik.

Lapisan inti bumi terdiri atas lapisan cair (inti luar) yang mengelilingi inti dalam yang padat. Inti tersusun atas nikel dan ferit. Sistem perputaran inti luar terhadap inti dalam ini akan menimbulkan efek medan magnet bumi yang sangat vital dalam melindungi kehidupan di bumi.

Bagaimana medan magnet bumi? Apa akibatnya jika tidak ada medan magnet bumi?
Nantikan pada tulisan selanjutnya.