Melihat pelangi, entah mengapa sering membuat saya merasa merinding. Barisan warna membentang dari langit, sangat indah dan juga (sedikit) langka.
Orang dulu mengira pelangi adalah tanda dari para dewa. Pelangi bahkan dianggap sebagai jalur sarana komunikasi dengan para dewa, dengan melemparkan uang ke pelangi dan memberikan pesan untuk disampaikan ke penerima. Itu tidak mengherankan. Pelangi muncul di langit, sepertinya secara mendadak, lalu sama misterius dengan kehadirannya, ia menghilang.
Sekarang, kita cukup banyak tahu tentang bagaimana pelangi terjadi, tetapi itu tidak harus membuat kita tidak menghargainya. Para ilmuwan yang membongkar misteri pelangi mengatakan bahwa matematika yang menjelaskan pelangi juga istimewa dan indah (walaupun juga sangat rumit).
Perhatikan, urutan warna pelangi selalu sama, merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Walaupun banyak warna diantaranya, namun itulah warna yang terlihat sangat kuat. Merah adalah pita warna paling cemerlang, memanjang di puncak lengkungan. Kemudian berjajar warna-warna lainnya, yang masing-masing lebih pucat dari sebelumnya. Ungu, yang berada di bagian terdalam lengkungan, adalah yang paling redup dan paling sukar dilihat dibanding lainnya.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, terbuat dari apakah pelangi itu? Jawabannya sederhana. Harus ada butir-butir air di udara, cahaya, dan tentu saja seseorang untuk melihatnya.
Namun, sekedar matahari muncul di tengah hujan masih belum cukup. Semua harus berada di urutan yang tepat. Matahari harus rendah di langit, bahkan sedikit di bawah garis cakrawala. Seseorang yang melihat harus berada membelakangi matahari, memandang ke arah dimana hujan turun atau dimana hujan baru turun.
Proses terjadinya pelangi kira-kira sebagai berikut. Seberkas sinar matahari dalam perjalanan panjangnya di angkasa menembus pusat tetesan air hujan. Saat berkas sinar menembus bagian luar tetesan air, ia membias sedikit. Tetesan air hujan bertindak sebagai prisma, dan membiaskan setiap warna yang tersembunyi dalam sinar putih. Jadi saat sinar itu memasuki tetesan air hujan, sinar putih mendadak terpecah menjadi berkas-berkas warna yang cantik.
Di dalam tetesan air hujan, berkas-berkas berwarna bertabrakan dengan dinding dalam tetesan. Dinding ini bertindak seperti cermin, dan memantulkan berkas cahaya darinya. Kini dengan lebih terbiaskan lagi, berkas cahaya melesat keluar dari tetesan melalui sisi yang sama saat masuk.
Sinar matahari awalnya datang dari belakang orang. Kini cahaya yang sudah berubah kembali pada orang tersebut. Mata kita melihat pelangi warna warni dalam bentuk lengkungan di langit yang merupakan cahaya yang dibiaskan dan dipantulkan oleh ratusan ribu tetesan kecil air hujan.
Sesekali, dalam situasi yang sangat jarang, kita mungkin mendapatkan kesenangan langka melihat dua pelangi muncul bersamaan. Yang kedua, lebih besar dan sangat pucat sampai nyaris tidak terlihat serta warnanya terbalik. Pita paling luar adalah ungu dan pita paling dalam adalah merah. Pelangi ganda disebabkan oleh berkas cahaya yang dipantulkan dua kali di dalam tiap tetesan air hujan.
Karena ini adalah tipuan cahaya, pelangi bukan benda di langit seperti burung atau awan. Setiap orang yang ada di sana melihat pelangi yang berbeda, yang tercipta dari berkas cahaya yang mengalir dari belakangnya dan memantul dari tetesan air hujan di depannya. Pelangi yang kita lihat adalah pelangi kita sendiri. Oleh karena itu, dua orang yang berbeda tidak akan melihat pelangi dengan posisi yang persis sama.
Baca artikel fenomena alam lainnya disini