Selamat Datang di Laman Yudi Handayana

Belajar bersama Yudi Handayana

Make one step and never Back

Berjalan pelan asal tetap ke depan

Jumat, 15 Desember 2023

Menikmati Senja di Petualangan Mendaki Mt. Sanjiaolun (Shengmu Hiking Trail) - Yi Lan County, Taiwan

 



Pada tanggal 9 Desember 2023, aku dan seorang teman berangkat dari kost kami di Taipei, hati kami dipenuhi dengan antisipasi yang gemuruh untuk sebuah petualangan mendaki yang telah lama menggelora dalam pikiran kami. Kami bertemu dengan tujuh teman lainnya di Stasiun Jiaoxi, sebuah titik awal yang tidak hanya menandai permulaan geografis tapi juga perjalanan emosional kami menuju Shengmu Hiking Trail. Trail ini, berliku-liku dan penuh tantangan, akan membawa kami ke puncak Mt. Sanjiaolun melalui jalur St. Marian Trail yang legendaris.

Perjalanan kami ke Jiaoxi, yang kami mulai dengan kereta lokal dari Taipei Main Station, terasa seperti sebuah odisei dalam dirinya sendiri. Tarif yang terjangkau, sekitar 115 Dollar Taiwan, menjadi pengingat betapa petualangan besar sering kali dimulai dengan langkah-langkah kecil. Kereta itu, sesak dengan cerita dan mimpi para penumpangnya, menawarkan kami tidak hanya transit tapi juga refleksi. Di dalam gerbong yang seringkali padat dan tanpa tempat duduk, kami menemukan kebahagiaan dalam perbincangan ringan dan pemandangan yang melintas cepat di luar jendela. Setibanya di Jiaoxi, kami berhenti sejenak di Seven Eleven, tempat kami mengumpulkan bekal, tidak hanya makanan dan minuman, tapi juga semangat dan kegembiraan untuk perjalanan yang ada di depan.

Shengmu Trail menawarkan keindahan yang sederhana namun memukau, dengan akses terbuka bagi semua orang dan tanpa tiket masuk. Ini menjadikan trail tersebut sebuah permata di hati banyak pendaki, yang biasanya menapaki jalurnya di pagi hari dan kembali saat matahari berada di puncak langit. Namun, kami, para pendaki yang memilih jalur yang kurang dilalui, memulai pendakian kami di tengah hari. Pilihan ini tidak hanya menentukan ritme perjalanan kami, tapi juga memberikan kami perspektif yang unik dan penuh warna terhadap trail yang telah banyak ditelusuri itu.

Dari Wufengqi Scenic Area, tempat kami tiba setelah perjalanan bus singkat 11A (bisa juga 112A), kami memulai pendakian kami menuju Gereja St. Marian, sejauh 1,63 km. Gereja ini, lebih dari sekedar tempat istirahat, menjadi oasis bagi kami, memberikan air minum yang sangat dibutuhkan. Kecerdikan kami diuji saat harus memastikan ketersediaan air yang aman, mengisi ulang botol kami di sana, sebuah tindakan kecil namun penting untuk kelangsungan perjalanan kami.

Pukul 13.00, dengan semangat yang telah diperbarui, kami memulai pendakian yang sebenarnya. Jalur sepanjang 4 km menuju puncak tidak hanya menguji kekuatan fisik kami tapi juga ketahanan mental kami. Tangga batu yang curam dan jalur yang menyusuri sungai kecil yang airnya deras menambahkan nuansa petualangan dan tantangan, terutama dengan kondisi jalan yang licin dan tidak terduga.

Perjalanan kami, diwarnai oleh tantangan dan solidaritas, menjadi simfoni kebersamaan. Saat dua dari kami nyaris menyerah, dorongan dan semangat dari yang lain menjadi angin yang mendorong layar kami untuk terus berlayar. Kami mengerti bahwa pencapaian kami bukanlah hanya tentang mencapai puncak, melainkan tentang menari bersama dalam irama perjalanan ini, sebagai sebuah tim yang utuh dan tak tergoyahkan.

Pada pukul 15.30, kami berdiri di puncak, dikelilingi oleh pemandangan yang memukau dan suasana yang hampir mistis. Penghargaan terhadap usaha kami tergambar dalam keindahan alam yang meluas di hadapan kami, dan dalam momen kebersamaan ini, kami menyaksikan matahari terbenam dengan warna-warna yang menari di langit, menciptakan kenangan yang akan abadi selamanya dalam ingatan kami.

Perjalanan kembali, dilakukan dalam kegelapan, menawarkan unsur kejutan dan adrenalin. Kami, yang beberapa kali terpeleset, bahkan bertemu dengan ular, menemukan keberanian dan kekuatan dalam setiap langkah yang kami ambil. Fasilitas seperti toilet, yang tersedia terbatas, menjadi bagian dari cerita kami, mengingatkan kami pada sifat petualangan yang tak terduga.

Di dekat puncak, kami bertemu dengan kelompok-kelompok yang sedang berkemah, menambahkan nuansa persaudaraan dalam perjalanan kami. Meskipun kami tidak pasti mengenai peraturan izin berkemah, kehadiran mereka menegaskan bahwa kami adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, yang saling berbagi cinta terhadap alam dan petualangan.

Medan yang kami lalui umumnya moderat, tapi kami menyadari bahwa bagi pendaki pemula, 1,5 km terakhir menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan keberanian dan persiapan mental. Jalur yang dinaungi oleh pepohonan memberikan keteduhan, namun juga misteri, dengan bagian-bagian yang sempit di areal tangga pinggir sungai yang membutuhkan konsentrasi penuh dan keseimbangan yang hati-hati.

Kami akhirnya kembali ke parkiran Wufengqi pada pukul 19.30, lelah namun dipenuhi dengan rasa puas dan kebahagiaan yang tak tergambarkan. Kami mempertimbangkan kereta terakhir kembali ke Taipei yang berangkat pukul 22.30, namun memilih untuk kembali pada hari yang sama, membawa pulang kenangan dan pelajaran yang akan kami kenang selamanya.

Perjalanan kembali ke Taipei dengan taxi dari Wufengqi ke stasiun menjadi saat refleksi, berbagi cerita, dan tertawa atas pengalaman yang baru saja kami alami. Petualangan ini, lebih dari sekedar mendaki gunung, adalah tentang membangun persahabatan, mengatasi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri kami yang mungkin sebelumnya tidak kami ketahui.