Selamat Datang di Laman Yudi Handayana

Belajar bersama Yudi Handayana

Make one step and never Back

Berjalan pelan asal tetap ke depan

Rabu, 03 Januari 2024

Petualangan Akhir Tahun di Taroko (Part 1)

 


Di pagi yang cerah tanggal 30 Desember 2023, aku dan seorang teman dari Yonghe, di mana kost kami berada, memulai hari dengan penuh semangat. Kami bergabung dengan 12 teman lain di Nangang Bus Station, Taipei, membawa harapan dan kegembiraan untuk petualangan yang telah lama kami nantikan ke Taman Nasional Taroko di Hualien.

Kami memulai perjalanan kami dengan naik U-Bus, sebuah kendaraan yang cukup kompak dan membuat kami sedikit pusing, namun pemandangan yang kami lewati sepanjang pinggiran kota Taipei mengalihkan perhatian kami. Sawah-sawah yang membentang luas dan petak-petak pertanian menyajikan sebuah pemandangan yang menenangkan, mengingatkan kami pada kedamaian dan harmoni yang sering kali terlupakan dalam hiruk-pikuk kota.

Setibanya di Hualien Bus Station sekitar jam 11.30, kami merasakan kelelahan namun tetap bersemangat. Keindahan Hualien yang masih asli terasa sangat dekat, seakan-akan memanggil kami untuk segera menjelajahinya. Dengan cepat kami menuju bus lokal nomor 310 menuju Taroko Visitor Center. Kali ini, kami beruntung mendapatkan cukup tempat duduk untuk seluruh rombongan, sesuatu yang biasanya sulit didapat untuk kelompok besar seperti kami.

Di Visitor Center, kami sedikit kebingungan ketika harus berganti bus. Namun, kebingungan itu segera terobati berkat bantuan seorang ibu-ibu yang ramah dan fasih berbahasa Inggris. Ia menjelaskan bahwa kami harus menunggu bus nomor 302 untuk melanjutkan perjalanan ke Tianxiang Recreation Area. Waktu menunggu kami isi dengan menjelajahi pameran informasi yang menarik di Visitor Center. Kami terpesona dengan informasi mengenai flora, fauna, dan sejarah geologis Taman Nasional Taroko yang kaya dan menakjubkan.

Ketika bus 302 tiba, kami melanjutkan perjalanan kami. Bus meluncur melewati serangkaian terowongan yang mengesankan, memotong melalui perut gunung batu yang monumental. Kami terpukau oleh pemandangan bebatuan dan tebing khas Taroko yang terhampar di depan mata, sebuah saksi nyata atas kekuatan alam dan kemajuan teknologi konstruksi modern.

Sekitar pukul 13.15, kami tiba di Tianxiang Recreation Area. Cuaca yang mendukung, tanpa hujan namun sedikit mendung, menyambut kami. Kawasan ini, dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang dan aliran sungai yang jernih, menyapa kami dengan hangatnya pelukan alam. Kami memutuskan untuk segera beristirahat, mengisi tenaga dengan makan siang di convenience store terdekat.

Sambil menikmati makanan sederhana namun nikmat, kami tidak bisa menahan tawa ketika salah satu dari kami menjadi korban keisengan monyet-monyet liar yang lincah, yang dengan nekat mencuri makanan darinya. Kejadian itu tidak hanya menghibur tapi juga mengingatkan kami bahwa kami adalah tamu di alam liar.

Setelah makan siang, kami berjalan kembali ke penginapan yang telah kami pesan. Penginapan ini, yang terletak di tengah keindahan alam Tianxiang, menawarkan kenyamanan dan ketenangan yang sempurna bagi kami yang lelah setelah perjalanan panjang. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, meletakkan barang-barang kami, dan menikmati makan siang sebelum bersiap untuk menjelajahi trail di Taman Nasional Taroko sore itu.

Penginapan kami, dikelola oleh tuan rumah yang ramah, menyajikan suasana yang hangat dan nyaman. Kamar-kamar yang kami tempati dilengkapi dengan jendela besar yang menghadap langsung ke pemandangan pegunungan yang menakjubkan. Beberapa dari kami memilih untuk meregangkan otot dan beristirahat sejenak, sementara yang lain tidak sabar ingin menjelajahi area sekitar, penasaran akan keajaiban alam yang menunggu.

Momen istirahat di penginapan menjadi waktu yang berharga bagi kami. Kami saling berbagi cerita dan pengalaman, tertawa atas kejadian-kejadian lucu yang telah kami lalui selama perjalanan. Suasana penginapan yang hangat dan nyaman membuat kami merasa seperti berada di rumah sendiri, meski kami jauh dari rumah.

Saat sore menjelang, kami berkumpul di lounge penginapan, menikmati secangkir teh hangat dan kopi. Kami saling bercerita tentang harapan dan ekspektasi kami terhadap petualangan yang akan kami lalui. Udara sore yang sejuk dan pemandangan pegunungan yang menakjubkan dari jendela penginapan menambah semangat kami untuk menjelajahi Taman Nasional Taroko.

Jumat, 15 Desember 2023

Menikmati Senja di Petualangan Mendaki Mt. Sanjiaolun (Shengmu Hiking Trail) - Yi Lan County, Taiwan

 



Pada tanggal 9 Desember 2023, aku dan seorang teman berangkat dari kost kami di Taipei, hati kami dipenuhi dengan antisipasi yang gemuruh untuk sebuah petualangan mendaki yang telah lama menggelora dalam pikiran kami. Kami bertemu dengan tujuh teman lainnya di Stasiun Jiaoxi, sebuah titik awal yang tidak hanya menandai permulaan geografis tapi juga perjalanan emosional kami menuju Shengmu Hiking Trail. Trail ini, berliku-liku dan penuh tantangan, akan membawa kami ke puncak Mt. Sanjiaolun melalui jalur St. Marian Trail yang legendaris.

Perjalanan kami ke Jiaoxi, yang kami mulai dengan kereta lokal dari Taipei Main Station, terasa seperti sebuah odisei dalam dirinya sendiri. Tarif yang terjangkau, sekitar 115 Dollar Taiwan, menjadi pengingat betapa petualangan besar sering kali dimulai dengan langkah-langkah kecil. Kereta itu, sesak dengan cerita dan mimpi para penumpangnya, menawarkan kami tidak hanya transit tapi juga refleksi. Di dalam gerbong yang seringkali padat dan tanpa tempat duduk, kami menemukan kebahagiaan dalam perbincangan ringan dan pemandangan yang melintas cepat di luar jendela. Setibanya di Jiaoxi, kami berhenti sejenak di Seven Eleven, tempat kami mengumpulkan bekal, tidak hanya makanan dan minuman, tapi juga semangat dan kegembiraan untuk perjalanan yang ada di depan.

Shengmu Trail menawarkan keindahan yang sederhana namun memukau, dengan akses terbuka bagi semua orang dan tanpa tiket masuk. Ini menjadikan trail tersebut sebuah permata di hati banyak pendaki, yang biasanya menapaki jalurnya di pagi hari dan kembali saat matahari berada di puncak langit. Namun, kami, para pendaki yang memilih jalur yang kurang dilalui, memulai pendakian kami di tengah hari. Pilihan ini tidak hanya menentukan ritme perjalanan kami, tapi juga memberikan kami perspektif yang unik dan penuh warna terhadap trail yang telah banyak ditelusuri itu.

Dari Wufengqi Scenic Area, tempat kami tiba setelah perjalanan bus singkat 11A (bisa juga 112A), kami memulai pendakian kami menuju Gereja St. Marian, sejauh 1,63 km. Gereja ini, lebih dari sekedar tempat istirahat, menjadi oasis bagi kami, memberikan air minum yang sangat dibutuhkan. Kecerdikan kami diuji saat harus memastikan ketersediaan air yang aman, mengisi ulang botol kami di sana, sebuah tindakan kecil namun penting untuk kelangsungan perjalanan kami.

Pukul 13.00, dengan semangat yang telah diperbarui, kami memulai pendakian yang sebenarnya. Jalur sepanjang 4 km menuju puncak tidak hanya menguji kekuatan fisik kami tapi juga ketahanan mental kami. Tangga batu yang curam dan jalur yang menyusuri sungai kecil yang airnya deras menambahkan nuansa petualangan dan tantangan, terutama dengan kondisi jalan yang licin dan tidak terduga.

Perjalanan kami, diwarnai oleh tantangan dan solidaritas, menjadi simfoni kebersamaan. Saat dua dari kami nyaris menyerah, dorongan dan semangat dari yang lain menjadi angin yang mendorong layar kami untuk terus berlayar. Kami mengerti bahwa pencapaian kami bukanlah hanya tentang mencapai puncak, melainkan tentang menari bersama dalam irama perjalanan ini, sebagai sebuah tim yang utuh dan tak tergoyahkan.

Pada pukul 15.30, kami berdiri di puncak, dikelilingi oleh pemandangan yang memukau dan suasana yang hampir mistis. Penghargaan terhadap usaha kami tergambar dalam keindahan alam yang meluas di hadapan kami, dan dalam momen kebersamaan ini, kami menyaksikan matahari terbenam dengan warna-warna yang menari di langit, menciptakan kenangan yang akan abadi selamanya dalam ingatan kami.

Perjalanan kembali, dilakukan dalam kegelapan, menawarkan unsur kejutan dan adrenalin. Kami, yang beberapa kali terpeleset, bahkan bertemu dengan ular, menemukan keberanian dan kekuatan dalam setiap langkah yang kami ambil. Fasilitas seperti toilet, yang tersedia terbatas, menjadi bagian dari cerita kami, mengingatkan kami pada sifat petualangan yang tak terduga.

Di dekat puncak, kami bertemu dengan kelompok-kelompok yang sedang berkemah, menambahkan nuansa persaudaraan dalam perjalanan kami. Meskipun kami tidak pasti mengenai peraturan izin berkemah, kehadiran mereka menegaskan bahwa kami adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, yang saling berbagi cinta terhadap alam dan petualangan.

Medan yang kami lalui umumnya moderat, tapi kami menyadari bahwa bagi pendaki pemula, 1,5 km terakhir menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan keberanian dan persiapan mental. Jalur yang dinaungi oleh pepohonan memberikan keteduhan, namun juga misteri, dengan bagian-bagian yang sempit di areal tangga pinggir sungai yang membutuhkan konsentrasi penuh dan keseimbangan yang hati-hati.

Kami akhirnya kembali ke parkiran Wufengqi pada pukul 19.30, lelah namun dipenuhi dengan rasa puas dan kebahagiaan yang tak tergambarkan. Kami mempertimbangkan kereta terakhir kembali ke Taipei yang berangkat pukul 22.30, namun memilih untuk kembali pada hari yang sama, membawa pulang kenangan dan pelajaran yang akan kami kenang selamanya.

Perjalanan kembali ke Taipei dengan taxi dari Wufengqi ke stasiun menjadi saat refleksi, berbagi cerita, dan tertawa atas pengalaman yang baru saja kami alami. Petualangan ini, lebih dari sekedar mendaki gunung, adalah tentang membangun persahabatan, mengatasi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri kami yang mungkin sebelumnya tidak kami ketahui.

Minggu, 21 Juli 2019

Negara-Negara yang Mencapai Bulan



Pendaratan di Bulan adalah suatu pencapaian umat manusia yang sangat bersejarah dalam peradaban Bumi. Pendaratan berawak maupun tidak, ini adalah realisasi mimpi umat manusia untuk mencapai "dunia lain", yang mampu memperluas cara berpikir manusia bahwa kita hanyalah bagian kecil dari alam semesta. 

Pendaratan pertama di Bulan yang mampu dicapai adalah pendaratan Luna 2 milik Uni Soviet (Rusia) yang mendarat pada 13 September 1959. Namun, tepat 50 tahun yang lalu, di tanggal ini (21 Juli 1969 waktu Indonesia, 20 Juli 1969 waktu Amerika), adalah sebuah kemauan yang luar biasa dengan jejak kaki manusia pertama di Bulan. Meski begitu, tidak semua misi ke bulan berhasil. Banyak kegagalan yang dicapai, bahkan tidak sedikit antariksawan yang mengorbankan nyawa demi mewujudkan mimpi umat manusia.

Selama ini misi antariksa didominasi oleh 2 negara super power yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia). Bahkan awalnya pendaratan di Bulan hanya didominasi oleh wahana-wahana 2 negara tersebut. Namun, saat ini negara-negara lain berusaha mendorong pencapaian teknologinya dengan ikut ambil bagian dalam mencapai dunia lain.

China merupakan negara ketiga selain Amerika Serikat dan Rusia yang mampu mencapai Bulan. Bahkan China adalah negara yang pertama kali mampu mendaratkan wahananya di sisi terjauh Bulan, sisi yang tak pernah terlihat dari bumi. Ini mengantarkan China menjadi negara kuat ketiga di dunia. Dan memang, dilihat dari sisi manapun, China pun menjadi 3 negara paling kuat saat ini. Ini menjadi salah satu penegas bahwa keberhasilan teknologi antariksa adalah indikator kuat dari seberapa maju negara tersebut, baik dari sisi ekonomi, militer, maupun peradaban masyarakatnya.

Setelah China, menyusul Jepang yang mampu menabrakkan wahananya di permukaan Bulan. Ya..memang sengaja menabrakkan wahananya di Bulan sebagai bagian dari misi. Berarti, Jepang adalah negara keempat yang mampu mencapai Bulan. Tidak mengejutkan jika Jepang berhasil mencapai Bulan, karena sejauh ini Jepang terkenal dengan negara yang teknologinya sangat maju.

Yang mengejutkan adalah India. Ya, India yang banyak pihak masih menganggap merupakan negara dengan sebagian besar penduduknya masih dikategorikan "miskin", ternyata tidak menyurutkan mimpinya untuk berkembang di teknologi antariksa. Melalui wahana Chandrayaan-1, India berhasil mencapai Bulan. Bahkan, 10 Juli lalu (sebelum ditunda), Chandrayaan-2 sebenarnya akan diluncurkan dengan misi mendarat di Bulan. Tentu saja, hal ini menguatkan posisi India sebagai salah satu negara kuat pemilik senjata Nuklir.

Jadi, selama sejarah manusia, terdapat 5 negara (secara mandiri) yang mampu mencapai Bulan. Dan dapat ditebak, negara-negara tersebut adalah negara-negara dengan kekuatan militer yang sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan kelima negara tersebut termasuk dalam negara pemilik teknologi nuklir. Bahkan 4 diantaranya (Amerika, Rusia, China, dan India) memiliki senjata nuklir (kecuali Jepang yang berkomitmen hanya menggunakan nuklir untuk non senjata).

Di balik mimpi manusia untuk mencapai dunia lain, kemajuan antariksa menunjukkan superioritas suatu negara dari sisi teknologi dan militer. Karena untuk mencapai antariksa, dibutuhkan minimal teknologi roket yang sangat maju. Kemajuan teknologi roket tentu saja menunjukkan kemampuan teknologi militer yang sangat mumpuni.

Pencapaian ini tentu saja dapat terjadi jika visi masyarakat suatu negara jauh ke depan, melewati batas-batas mimpi sebagian besar umat manusia. Dengan biaya yang begitu besar, banyak orang menganggap misi ke luar angkasa adalah pemborosan. Tapi tentu saja itu adalah pemikiran yang tidak visioner. Setiap usaha melampaui batas mimpi manusia tentu membutuhkan sumber daya. Tanpa ada rintisan dan tindakan, mustahil manusia akan terus bertahan di planet Biru yang kecil ini. Karena Bumi hanyalah setitik debu di luasnya lautan Jagad Raya (Baca : Siapa diri Kita?).

Selamat 50 tahun penjajahan mahluk Bumi di Bulan.

Sabtu, 20 Juli 2019

1/2 Abad Jejak Manusia di Bulan



"Satu langkah kecil manusia, satu lompatan besar umat manusia"

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Neil Amstrong saat menginjakkan kaki pertama kali di Bulan. Peristiwa ini merupakan sebuah penanda kemajuan peradaban sebuah kehidupan di planet biru yang bernama "Bumi". Kemampuan manusia berada di "dunia lain" adalah simbol satu langkah lompatan manusia untuk mengeksplorasi dunia-dunia lainnya di alam semesta ini.

Peristiwa itu terjadi 50 tahun yang lalu, 21 Juli 1969 pukul 10.56 WITA. Sebuah pencapaian hasil karya ratusan ribu pekerja yang terlibat untuk mengantarkan 3 manusia ke bulan dengan 2 dari mereka menginjakkan kaki di satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi.

Tak terhitung biaya yang dikeluarkan dalam misi ini, namun semua itu terbayar dengan pencapaian teknologi umat manusia. Pencapaian misi luar angkasa sejatinya selalu memberikan kemajuan teknologi bagi umat manusia secara umum. Segala bentuk riset teknologi angkasa nantinya menjadi barang komersil yang kita nikmati saat ini. 

Misi yang telah berlangsung setengah abad yang lalu itu menginspirasi gairah sains generasi-generasi selanjutnya untuk mengembangkan teknologi manusia menjangkau tempat yang lebih jauh lagi. Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, sampai pada pinggiran tata surya (Sabuk kuiper) serta ruang antar bintang yang sedang dijalani oleh Voyager 1 dan Voyager 2.

Namun, sebenarnya misi 50 tahun yang lalu bukan satu-satunya misi berawak ke Bulan. Terhitung sampai saat ini terdapat 17 misi Apollo dengan tujuan Bulan dengan 11 misi merupakan misi berawak. Akan tetapi 3 diantaranya gagal. Meskipun begitu, 33 antariksawan telah diterbangkan ke Bulan dengan 12 orang yang mampu berjalan di permukaan bulan. Sisanya hanya diam di modul atau hanya mengorbit bulan. Selain itu, tentu 8 antariksawan yang meninggal selama misi itu merupakan kerugian yang tak ternilai.

Kini, mari kita kenang perjuangan para saintis kita yang terus mencoba memahami alam semesta dengan lompatan-lompatan teknologi yang dihasilkan... 

Jumat, 21 Juni 2019

Mesin Sinar X Raksasa di Langit



Tahukah kamu tentang sinar X?

Ya, sering dikenal sebagai sinar Rongten (penghargaan untuk penemunya), Sinar X bukan hanya ada di rumah-rumah sakit. Sinar X juga bagian dari alam. Bintang-bintang, seperti matahari, mengeluarkan sinar X selain sinar yang tampak. Namun kebanyakan sinar X dihambat ketika mencapai bumi oleh atmosfir kita.

Seperti juga para ilmuwan memotret bintang-bintang dan galaksi yang jauh dengan sinar yang tampak, mereka juga mengambil foto alam semesta dengan sinar X. Dengan mengirim satelit-satelit sinar X tinggi di atas atmosfir bumi, para ilmuwan mengumpulkan sinar X di atas film. Foto-foto sinar X ini menunjukkan benda-benda di tempat-tempat di ruang angkasa yang tampak kosong dan gelap. 

Beberapa benda ini mungkin adalah lubang hitam (benda dengan gravitasi yang sangat hebat sampai cahaya pun tidak dapat lolos). Gas dan debu yang tertarik ke dalam lubang hitam memanas. Seperti diketahui, benda-benda panas mengeluarkan cahaya, semakin panas benda itu, semakin tinggi energi cahayanya. Gas dan debu yang tersedot ke dalam lubang hitam mencapai suhu yang begitu luar biasa sampai mengeluarkan satu hembusan sinar X terakhir sebelum mereka terhisap masuk.

Inilah mesin Sinar X Raksasa di kegelapan langit.

Senin, 17 Juni 2019

Saya makan nasi dan segelas air "Bening"



Wah.. bener juga ya, air yang kita minum kan air bening, kenapa disebut air putih? 
Ada air yang berwarna putih yaitu air susu.

Baiklah, saya akan bahas terkait polemik air putih dan air bening. 

Saat ini kita akui masyarakat semakin kritis (kritis bukan berarti benar). Segala hal dikomentari dan dipertanyakan seperti kejadian alam, proses tertentu, bahkan hidup orang sering dikomentari (positif maupun negatif). Termasuk, saat sekian lama kita mengatakan air "putih" untuk air yang kita minum sehari-hari, dipertanyakan karena warnanya bening.

Nah, penjelasannya seperti ini. Menuru Kamus Besar Bahasa Indonesia, hanya ada istilah "air putih" yang diartikan : 1. air tawar yang dapat diminum; 2. air yang masih asli yang belum dicampur apa-apa. Sedangkan bening dikaitkan dengan bersih, putih, jernih. 

Wah, kenapa tidak dikatakan air "jernih" saja?

Nah, kan.. dikomentari lagi.. hehe

Jadi, jika kita mengatakan air bening, maka itu dapat berarti banyak hal, bisa air hujan, air keran, bahkan air cuka. Bahkan, ada kopi bening, yaitu kopi yang warnanya seperti air biasa, namun rasanya, kopi banget.. Nah, air jernih pun bisa bermacam-macam. Ada air telaga seperti di kisah pewayangan, Bahkan definisi air jernih pun merupakan air yang belum tercampur apapun.

Maka dari itu, istilah "air putih" yang berkembang di masyarakat sebenarnya adalah merupakan suatu istilah yang muncul sesuai konteks. Air putih merujuk pada air sehat yang dapat kita minum sehari-hari. Tidak dapat diartikan secara harfiah air berwarna putih.

Mungkin, istilah sapu tangan dapat menjadi bukti bahwa sapu tangan bukanlah benda yang dipakai menyapu dan berisi tangan. Tapi merupakan kain yang biasa dipakai mengelap peluh atau lainnya.

Selain itu, mungkin pernah mendengar kata "aqua" yang merujuk pada air kemasan, padalah merk nya bukan aqua. "Pralon" yang merujuk pada pipa, padahal tidak semua pipa bermerk pralon. Dan yang terbaru adalah istilah "teh" yang merujuk pada minuman yang berwarna kecokelatan dan sedikit rasa sepat. Tapi ketahuilah bahwa produk-produk yang mirip seperti teh tidak semuanya berbahan daun teh. Banyak sekarang minuman "teh" yang bahan dasarnya adalah daun lain yang dikembangkan karena khasiat, rasa, maupun lainnya. 

Setiap benda memiliki nama tertentu, yang merujuk pada objeknya itu sendiri. Walau memang nama yang dimiliki benda tidak sepenuhnya menggambarkan sifat objek tersebut. Seringkali nama atau istilah yang muncul juga akibat kebiasaan di masyarakat yang sudah dipahami selama bergenerasi-generasi. Selama hal itu masih dimengerti, maka marilah kita terima penggunaan berbagai istilah dalam kehidupan kita..


Jumat, 14 Juni 2019

Galaksi Bima Sakti

Apakah Anda suka melewati malah di luar ruangan?
Tapi bukan nongkrong, melainkan melakukan aktivitas outdoor seperti camping maupun hiking di tempat yang tenang serta jauh dari polusi cahaya.

Nah, bulan Juni ini adalah saat yang tepat untuk melakukan aktivitas camping. Selain karena Indonesia telah memasuki musim kemarau, ada fenomena yang sangat menarik yang bisa kamu saksikan dengan mata telanjang. 

Ya, tengoklah di langit selatan, pada pukul 20.00. Lihatlah di sebelah gugus bintang scorpio, layang-layang. Maka kamu akan melihat awan panjang yang membujur dari selatan ke utara. Awan itu tampak terang dan bercahaya. Namun, itu bukanlah awan. Itu adalah kumpulan bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya, sehingga tampak seperti awan dan sangat terang. 

Itulah galaksi kita, Bima Sakti (Milky Way). Bumi kita berada bagian pinggir cakram galaksi bima sakti, sehingga saat kamu melihat awan yang membujur tersebut, sejatinya kamu sedang memandang ke arah pusat galaksi.

Bayangkan, dari sekian milyar bintang penyusun galaksi kita, mungkinkah di suatu tempat di atas sana ada yang berpikir sama dengan kita dan sedang memandang ke arah kita? 

Entahlah.

Selasa, 29 Januari 2019

Kurcaci dan Tikus

Dahulu kala hiduplah dua sahabat yaitu dua kurcaci dan dua tikus. Setiap hari mereka berkeliaran dalam labirin mencari keju yang lezat.  Para tikus menggunakan metode trial and error, masuk ke lorong satu dan berpindah ke lorong lain untuk menemukan keju. Berbeda dengan kedua kurcaci, yang menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menemukan keju yang dimaksud.

Suatu hari, terjadi hal yang mengejutkan. Kejunya ternyata sudah habis. Kedua tikus menyadari situasi telah berubah, karena itu tanpa membuang waktu mereka memutuskan untuk berubah juga. Segera setelah mengangkat hidung, mengendus, dan berlalri ke labirin lain untuk menemukan keju yang baru.



Tidak demikian halnya dengan kurcaci. Mereka tak siap menghadapi kenyataan ini. Bukannya mengambil tindakan, mereka berteriak-teriak, berkacak pinggang dan mengomel berkepanjangan. "Ini tidak adil, siapa yang memindahkan keju kita?" Temannya menjawab "Ini kecerobohanmu, kalau saja kamu memperhatikan bahwa persediaan keju kita semakin menipis, hal ini tak mungkin terjadi".

Mereka pun mulai menganalisa. Berhari-hari mereka mendiskusikan masalah ini, tetapi kejunya tak kunjung tiba. Kini mereka benar-benar merasa lemas dan tak bertenaga.

Akhirnya mereka menyadari bahwa saling menyalahkan dan fokus pada hal negatif tanpa tindakan tidak akan membuat mereka mendapat keju lagi.


Minggu, 27 Januari 2019

Penyebaran Metode Eksperimental



Pada awalnya segala misteri alam dikaji dengan buah pemikiran yang lama dan lebih pada filosofis. Namun semenjak karya Galileo, Tycho, dan Kepler, di Eropa terjadi peningkatan kegiatan penelitian dan penyebarluasan penggunaan eksperimental.

Dalam tahun 1600, Gilbert menerbitkan kayanya yang terkenal De Magnete yang sebagian besar didasarkan atas hasil eksperimennya sendiri. Dialah yang pertama kali mengemukakan bahwa bumi adalah sebuah bola magnet yang sangat besar. Dia membuat magnet berbentuk bola dari besi dan memperlihatkan bahwa bola magnet ini menghasilkan medan magnet yang sama dengan medan magnetik bumi.

Dalam bidang optik, Snellius (1591 - 1626) menemukan hukum pembiasan. Mersene (1588 - 1648) meneliti hukum getaran dawai dan mengukur frekuensi suatu nada. Dia juga melakukan eksperimen untuk mengukur kecepatan cahaya.

Dalam mekanika fluida, Torricelli (1608 - 1647) menemukan prinsip barometer dan mengamati variasi tekanan terhadap ketinggian. Secara terpisah, Otto von Guericke (1602 - 1686) dan Pascal (1623 - 1662) meneliti pompa udara dan mengukur perbedaan tekanan di puncak dan di dasar gunung. Pascal menemukan suatu prinsip hidrostatika yang dikenal dengan hukum Pascal.

Jadi, eksperimen akhirnya menjadi suatu kewajiban ketika suatu teori disusun. Hasil empiris suatu fenomena alam menjadi rujukan kevalidan suatu teori. Teori yang mapan harus mampu bertahan dari sederetan hasil uji eksperimen yang ada. Jika itu terjadi, maka teori tersebut merupakan teori yang kuat. Namun jika hasil empiris bertentangan dengan teori, maka teori itu gugur dan mengharusnya terciptanya teori yang baru. Begitulah akhirnya antara teori dan eksperimen saling melengkapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Kamis, 24 Januari 2019

Telur yang Berdiri

Sepulang Columbus dari perjalanannya yagn fenomenal "menemukan" benua Amerika, berbagai penghargaan dan penghormatan datang melimpahinya. Namanya tenar dan perjalanannya menjadi perbincangan dimana-mana. Walaupun banyak orang yang mengakui pekerjaannya sebagai sebuah prestasi, ternyata tidak semua orang dapat mengapresiasi dan menerima penghargaan yang diberikan atas kepeloporan columbus. Apapun motif yang ada di benaknya, mereka senantiasa mencela Columbus.

"Ah, kalau cuma melakukan perjalanan seperti itu aku juga bisa, cuma aku saja yang nggak mau" kata mereka.

Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus lalu mendatangi mereka sambil membawa sebutir telur. Katanya, "Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak pada ujungnya".

Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu per satu mencoba mendirikan telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu pasti selalu terguling setia dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah.

"Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat telur ini dapat berdiri di meja" kata Columbus. Maka diambilnya telur itu, lalu diletakkannya dengan keras di meja sehingga bagian bawahnya retak. Dan telur itu pun dapat berdiri di atas meja.



Melihat telur dapat berdiri di meja tapi dilakukan dengan cara seperti itu, orang-orang kemudian protes. "Kalau caranya seperti itu, kami semua juga dapat membuat telur itu berdiri di atas meja".

"Kalau kamu dapat melakukan seperti yang aku lakukan, mengapa kamu tidak melakukannya sejak tadi"?

Begitulah kemudian orang-orang sadar, bahwa sepele apapun pekerjaan seseorang, tetap harus dihargai. Karena apa yang kita anggap sepele setelah tau, berbeda saat kita harus memikirkannya. Jadi ide itu harganya mahal.

Rabu, 23 Januari 2019

Warna Api

Warna api sangat beragam. Api dari kayu di acara api unggun perkemahan menari dengan warna kuning, oranye, merah, putih, dan biru. Warna-warna api tergantung pada dua hal, suhu api dan bahan apa yang dibakar.

Untuk melihat bagaimana warna bergantung pada suhu, bayangkan burner (spiral besi) di tungku listrik. Sebelum dinyalakan, burner yang melingkar itu dingin dan hitam. Saat tungku dinyalakan, burnernya memanas dan mulai bersinar merah kusam. Ketika bertambah panas, warnanya semakin merah. Akhirnya saat mencapai suhu tertinggi, spiral besinya akan menjadi oranye kemerahan. 

Tentu saja burner itu tidak benar-benar terbakar. Hanya menjadi sangat panas. Jika bisa lebih panas lagi, warnanya akan berubah menjadi kuning, lalu putih, dan kemudian biru. Biru berarti itu terpanas dari yang panas.

Proses yang serupa juga terjadi dalam api. Misalnya api lilin. Api lilin berkedip dalam beberapa warna berbeda saat sumbunya terbakar sepanjang lilin yang meleleh. Begitu pula api unggun.


Api dapat tercipta jika terdapat oksigen. Ketika lilin terbakar, bagian tengah api, di dekat dasarnya, tidak mendapatkan banyak oksigen, sehingga tampak lebih gelap. Tetapi di bagian luar dan puncak api mendapat banyak oksigen. Di sana, nyala api akan sangat terang. Saat sumbu terbakar, dan lilin meleleh dan mendesis, serpihan kecil karbon, serpihan lilin yang terbakar hangus, berterbangan. Serpihan kecil karbon ini begitu panas, sehingga mereka menyala. Suhunya lebih dari 1.350 derajat Celcius. Jadi bukannya berkilau merah, serpihan tersebut akan menyala kuning. Inilah yang membuat api lilin kebanyakan kuning. Dekat sumbu yang terbakar, apinya biru. Itu karena disana lebih panas lagi.

Di perapian atau api unggun, kita mungkin melihat lebih banyak warna lagi. Api kayu terbakar pada suhu yang lebih rendah daripada lilin. Jadi biasanya lebih oranye dan bukannya kuning. Namun, sejumlah partikel karbon di api sangat panas, dan itu menambahkan warna kuning.

Warna-warna lain di api datang dari berbagai unsur kimia di kayu saat terbakar. Mungkin saja ada sodium di api, sehingga ketika dipanaskan ia mengeluarkan kuning cerah. Jika terdapat mineral kalsium, akan mengeluarkan cahaya merah tua ketika dipanaskan. Jika ada fosfor, akan ada warna kehijauan. Semua unsurini dapat terkandung dalam kayu atau bahan lain yang dilemparkan ke api. 

Namun, tetap saja, unsur karbon yang paling banyak terdapat pada bahan yang dibakar akan menghasilkan warna yang cenderung oranye. Itulah api sebagian besar berwarna oranye.

Selasa, 22 Januari 2019

Andai bisa melaju secepat Cahaya



Batas kecepatan di kebanyakan jalan raya sekitar 90 sampai 100 km/jam. Walaupun tidak ada rambu yang dipasang, sepertinya ada batas kecepatan di ruang hampa antariksa yaitu sekitar 1.077.600.000 km/jam.

Ini adalah kecepatan cahaya. Ilmuwan biasanya mengukur memakai detik, yaitu cahaya bergerak 300.000 km/detik. Cahaya terbuat dari foton-foton dan itulah yang melesat dengan kecepatan yang tak terbayangkan itu.

Walaupun para ilmuwan menyebut foton sebagai "partikel" (efek dualisme), sebenarnya itu adalah partikel yang sangat unik. Foton tidak memiliki massa diam, jadi mereka tidak memiliki bobot dalam pemahaman biasa (konsep massa saat ini begitu kompleks untuk dibahas pada artikel lain). Sulit untuk membayangkan sesuatu yang murni merupakan suatu energi dan tidak memiliki substansi nyata seperti foton (menurut teori fisika modern, massa sebagai substansi nyata hanyalah representasi dari energi). 

Seberapa cepat foton tersebut? Mari kita bandingkan. Misalnya penjelajah angkasa Pioneer, ketika meninggalkan tata surya dalam perjalanannya menempuh jarak di ruang antar bintang, Pioneer melaju sekitar 60 km per detik. Ini sebanding dengan menempuh jarak Lombok Barat ke Lombok Timur hanya dalam 1,5 detik, atau menempuh Surabaya-Jakarta hanya dengan waktu 17 detik. Tetapi bandingkan dengan kelajuan foton 300.000 km per detik, maka bahkan kecepatan Pioneer tidak dapat dikatakan merayap dari sudut pandang foton.

Atau bayangkan kemegahan Matahari, dimana matahari, bumi, dan planet lainnya di tata surya berputar di galaksi Bima Sakti seperti komedi putar dengan kecepatan sekitar 250 km per detik, atau 900.000 km per jam. Meski begitu, kecepatan ini masih belum 1 persen dari kecepatan cahaya (foton).

Tetapi hal aneh terjadi apabila benda-benda biasa benar-benar bisa demikian cepat. Saat sebuah benda mendekati kecepatan cahaya, pengamat di luar akan melihat panjang dan massa benda berubah. Bahkan waktu mulai berubah. Hal ini merupakan akibat dari teori relativitas Einstein.

Sebuah pesawat antariksa yang melesat dengan kecepatan 270.000 km per detik (sekitar 90 persen kecepatan cahaya) akan tampak menciut menjadi kurang dari separuh panjang awalnya. Saat pesawat makin cepat, itu akan tampak lebih menciut lagi sampai pada kecepatan cahaya akan tidak memiliki panjang sama sekali.

Astronot di dalamnya akan melihat pesawat mereka sendiri normal seperti biasa. Namun, memandang keluar dari kaca depan pesawat akan melihat pemandangan di depan mereka menjadi pipih. Pada 90 persen kecepatan cahaya, pesawat yang sama akan memiliki massa yang bertambah luar biasa, menjadi lebih dari 3 kali lebih berat. Sekali lagi, tidak seorang pun di dalam pesawat akan menyadari adanya perbedaan. Saat kecepatan meningkat yang diikuti peningkatan massa, sampai pada kecepatan cahaya, massa menjadi besar dan tidak terbatas. Efek ini telah terkonfirmasi pada percobaan dengan partikel-partikel elementer, dimana massa partikel elementer meningkat saat mereka memaksanya makin cepat.

Akhirnya, ada efek yang sama anehnya pada waktu. Jika mereka dapat dengan suatu cara melihat jam di pesawat, pengamat di luar akan melihat jam melambat. Tetapi dari dalam pesawat, waktu seperti berlalu normal. Pada kecepatan cahaya, pengamat luar akan melihat jam di pesawat diam sama sekali.

Saat ini, semua hal tersebut mungkin akan terasa aneh, tetapi seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, suatu hari hal yang aneh ini akan terasa normal bahkan menjadi bagian dari hidup kita, sebagaimana andaikan pada tahun 1500an kita memikirkan kemungkinan bercakap-cakap dalam jarak ribuan kilometer sambil melihat wajah masing-masing seperti video call saat ini.

Senin, 21 Januari 2019

Pola Bintang di Langit



Apakah kamu pernah melakukan perkemahan di tempat yang bebas memandang langit? Menyaksikan awan besar seperti kapas melayang lambat dan tiba-tiba melihat awan seperti berbentuk wajah atau hewan? Apalagi di malam hari, melihat hamparan bintang di langit yang seolah terlihat tak beraturan lama-lama terlihat menyerupai pola-pola. Nah, pola-pola gambar itu disebut rasi bintang. Rasi bintang adalah gambar-gambar yang kita bayangkan terlihat pada bintang-bintang. 

Orang sudah menemukan gambar-gambar pada bintang-bintang sejak zaman purba. Tidak mengejutkan, orang melihat apa yang menarik bagi mereka. Kebudayaan dimana orang menghabiskan sebagian hari-harinya untuk berburu melihat gambar hewan-hewan liar pada bintang. Para pelaut eropa melihat bintang-bintang berpola dalam bentuk kompas. Bahkan, para ilmuwan berpendapat bahwa salah satu kegunaan terpenting gambar-gambar itu adalah untuk membantu malakukan navigasi di lautan-lautan Bumi, untuk mengetahui mereka berada di mana saja dengan mencari pola-pola yang tidak asing di langit.

Melihat gambar-gambar di antara bintang juga membuat mempelajari langit menjadi lebih mudah. Para astronom dunia purba membagi langit malam menjadi wilayah-wilayah. Setiap wilayah terdiri dari sekelompok bintang yang disebut rasi bintang atau konstelasi. Rasi bintang diberi nama, dan orang menciptakan cerita-cerita mengenainya.

Banyak kisah rasi bintang datang dari mitos Yunani. Misalnya, Dewi Juno sangat cemburu pada pelayannya, putri Callisto. Jupiter, suami Juno, cemas akan keselamatan Callisto. Untuk melindunginya, ia mengubah Callisto yang cantik menjadi beruang. Tetapi ini menyebabkan masalah baru. Putra Callisto suatu hari pergi berburu. Ketika melihat beruang besar, dengan tidak menyadari itu adalah ibunya sendiri, ia mulai mengarahkan anak panahnya. Jadi Jupiter turun tangan dan membereskan keadaan tersebut, mengubah putri Callisto menjadi beruang kecil. Menurut mitos, karena itulah ada beruang besar dan beruang kecil di langit. Saat ini rasi bintang itu disebut Ursa Mayor dan Ursa Minor.

Mungkin kamu pernah mendengar si pemanah Orion, dengan sabuk bintang-bintangnya, dan Leo, si Singa. Tetapi, ada banyak lagi gambar-gambar di langit seperti pahat, pompa, kuda, teleskp, dan lainnya. Dan bahkan ada rasi bintang yang mirip sapuan di langit yang disebut Rambut Berenice.

Di peta bintang modern, langit Belahan Bumi Utara dan Selatan dibagi menjadi 88 gambar terpisah. Para ilmuwan percaya bahwa kebanyakan rasi bintang modern berasal dari tahun 2 SM. Walaupun bintang-bintang di rasi bintang kelihatannya berdekatan, itu hanyalah ilusi. Satu bintang mungkin berjarak triliyunan kilometer lebih jauh dari Bumi daripada lainnya. Tetapi bintang yang lebih jauh mungkin saja sangat terang, jadi kelihatan sama dekatnya dengan yang lebih dekat dan lebih redup. Di bumi, kita melihat rasi bintang sebagai pola yang datar.

Seperti yang pernah dijelaskan pada artikel lain (baca artikel kosmologi), bintang-bintang selalu lahir dan mati dan mereka terus bergerak seiring pergerakan alam semesta. Jadi seiring waktu berlalu, rasi bintang juga berubah. Jutaan tahun yang lalu, ketika bintang-bintangnya berada di posisi berbeda, Biduk Besar (bagian dari rasi bintang Ursa Mayor) tidak terlalu kelihatan seperti biduk dan lebih mirip lembing. Jutaan tahun mendatang, orang mungkin akan menemukan nama-nama berbeda untuk gambar-gambar baru yang mereka lihat di langit.

Dari beberapa tata surya yang jauh, Matahari kita mungkin merupakan sebuah bintang di rasi bintang kebudayaan lain, mungkin sebuah titik dalam garis gambar hewan aneh yang ditemukan di planet mereka.

Minggu, 20 Januari 2019

Leher Jerapah



Orang pernah mengira leher jerapah memanjang karena mereka menjulurkannya untuk makan daun-daun di puncak pohon tinggi. Kemudian, mereka meneruskan perubahan ini kepada keturunan mereka. Kini kita tahu bahwa perubahan pada hewan dan tumbuhan selama bergenerasi tidak terjadi seperti itu. Pemikiran saat ini yang dikembangkan oleh para ilmuwan sepert Charles Darwin tahun 1800an, adalah evolusi bekerja dalam dua langkah. Pertama adalah variasi, kedua adalah seleksi alam.

Variasi artinya kadang-kadang, secara kebetulan, seekor hewan lahir dengan suatu perbedaan dari lainnya dalam spesiesnya. Mungkin lebih berbulu, mungkin warna bulu yang berubah, dan sebagainya. Atau mungkin kakinya berbentuk agak berbeda, dan ia dapat berlari lebih cepat. Atau mungkin ia luar biasa lambat. Variasi tidak selalu dipandang baik atau buruk. Semua itu hanyalah proses alam yang terjadi begitu saja.

Seleksi alam artinya hanyalah semakin cocok seekor hewan dengan daerah tempat tinggalnya, semakin besar kesempatannya untuk hidup lama dan mempunyai anak-anak. Kemudian, anak-anaknya mungkin mewarisi variasi yang membuat induknya sangat berhasil bertahan di lingkungan lokalnya.

Sebagai contoh, jika kamu adalah ikan, dan kolammu mengering, kamu hanya bisa melompat-lompat tanpa daya, mungkin kamu tidak akan hidup untuk punya banyak anak. Tetapi katakanlah kamu punya sirip istimewa yang menurt semua teman ikannmu sangat aneh. Dan sebelumnya itu kelihatan tidak banyak berguna. Namun kini ternyata kamu bisa menggunakannya untuk melompat dengan perutmu ke kolam sebelah.

Karena kamu selamat, kamu kemudian menceritakan kisahnya, dan mungkin saja memiliki anak-anak sendiri. Mereka mewarisi siripmu yang aneh tapi berguna itu. dan mereka akan lebih cocok untuk hidup di daerah dimana kolamnya cenderung mengering. Dengan berlalunya generasi-generasi, akan lebih banyak ikan yang memiliki sirip yang aneh ini. Variasi itu dan seleksi alam sedang bekerja.

Sesuatu seperti itu mungkin terjadi pada leluhur berleher pendek dari jerapah zaman ini. Mereka secara kebetulan lahir dengan leher agak panjang dan dapat mendapatkan makanan dari tanah terus sampai ke puncak pohon. Ini merupakan keuntungan yang pasti dapat menopang kebertahanan hidup, terutama saat makanan menjadi langka. Jadi setelah sekian generasi, jerapah berleher panjang menyisihkan yang berleher pendek.


Tetapi, ada juga kerugian memiliki leher sangat panjang. Jantung jerapah harus memompa sangat keras untuk mengalirkan darah ke otaknya yang jauh di atas. Dan hewan dengan leher sangat panjang biasanya tidak dapat berlarim atau meloloskan diri dari bahaya. Jadi, bahkan adaptasi atau penyesuaian terbaik pun memiliki kelemahannya. Oleh karena itu lah, setelah sekian generasi, kita tidak menemukan jerapah yang lehernya tak berhingga, karena keterbatasan keuntungan yang diperoleh. Dan mungkin saja, model jerapah saat ini merupakan model terbaik yang memungkinkan jerapah tetap eksis di bumi ini.

Jumat, 18 Januari 2019

Cokelat panas atau Cangkir?

Sekelompok alumni melakukan reuni, dan kemudian memutuskan pergi mengunjungi dosen favorit mereka yang sudah pensiun. Saat berkunjung, pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai stres pada kehidupan dan pekerjaan mereka.

Sang dosen itu menyajikan cokelat panas pada tamu-tamunya. Ia pergi ke dapur dan kembali dengan coklat panas di tek yang besar dan berbagai macam cangkir : porselen, gelas, kristal, dan lain-lain, yang sebagiannya bagus dan berharga mahal. Akan tetapi, sebagian lagi bentuknya biasa saja dan dapat ditebak harganya murah. Ia mengatakan kepada mereka untuk mengambil cangkirnya dan mengambil sendiri coklat panas tersebut.



Setelah mereka semua memegang secangkir coklat panas di tangan mereka, dosen yang bijak berkata "Perhatikan, semua cangkir ang bagus dan mahal telah diambil. Yang tersisa, hanyalah cangkir yang murah dan biasa. Memang, hal normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik. Namun, itu adalah sumber dari masalah dan stres kalian"

"Cangkir tidak menambah kualitas dari cokelat panas. Pada kebanyakan kasus, itu hanya menambah mahal, dan bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah cokelat panas, bukan cangkirnya. Tetapi secara tidak sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik. Lalu, kalian mulai saling melihat dan membandingkan cangkir kalian masing-masing".

Para alumni terdiam dan menyimak nasehat dari sang dosen.

"Sekarang pikirkan ini : Kehidupan adalah cokelat panas. Pekerjaan, Uang, dan Kedudukan adalah cangkirnya. Itu hanyalah alat untuk memegang dan memuaskan kehidupan. Cangkir yang kau miliki tidak akan menggambarkan, atau mengubah kualitas kehidupan yang kalian miliki.

"Terkadang, dengan memusatkan perhatian kita hanya pada cangkirnya, kita gagal untuk menikmati coklat panas yang telah Tuhan sediakan pada kita. Tuhan membuat cokelat panasnya, tetapi manusia memiliki cangkirnya. Orang-orang yang paling bahagia tidak memiliki semua yang terbaik. Mereka hanya berbuat yang terbaik dari apa yang mereka miliki".

Dosen itu berhenti sejenak, menghela nafas, lalu melanjutkan "Hiduplah dengan sederhana, bermurah hatilah. Perhatikanlah sesama dengan sungguh-sungguh. Dan akhirnya, silakan nikmati cokelat panas kalian".

Periode Kedua (1550 - 1800) : Munculnya Metode Eksperimen (Bagian 3 - Sir Issac Netwon)



Newton (1642 - 1747) merupakan puncak suatu menara yang jauh melebihi ilmuwan manapun pada zamannya. Ia adalah ilmuwan raksasa, seorang intelektual yang sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan tidak bisa dibandingkan dengan besarnya semua ilmuwan di zaman itu.

Pada mulanya, Newton tidak menunjukkan keistimewaan dalam pelajarannya, meski pada akhirnya dia mencapai tempat tertinggi di kelasnya. Perhatiannya terhadap matematika dan mekanika baru berkembang ketika studi di Cambridge (1661) dan mulai menampakkan kegeniusannya. Ketika masih mahasiswa dia telah menemukan teori binomial dan mengembangkan metode deret tak hingga dan menemukan kalkulus diferensial.

Pada tahun 1665, saat usianya 23 tahun, Newton telah mengembangkan dan merumuskan tiga hukum gerak yang sekarang kita kenal sebagai sebgai Hukum Newton. Dengan menggunakan hukum gerak planet yang diajukan oleh Kepler hampir satu abad sebelumnya, dia mempelajari benda (apel) jatuh. Dia memandang bahwa gaya yang menyebabkan buah apel itu jatuh erat hubungannya dengan gaya yang menjaga planet tetap mengorbit mengitari matahari. Dengan mempelajari hukum ketiga Kepler, dia menemukan bahwa tarikan gravitasi itu sebanding dengan kebalikan kuadrat jaraknya. Dia menjelaskan hukum Kepler dengan menyatakan bahwa "gaya tarikan antara dua buah benda berbanding langsung dengan hasil kali massa benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massa benda-benda tersebut". Newton menamakan gaya tarikan ini dengan gaya gravitasi.

Pada tahun 1667, di usianya yang baru 27 tahun, Newton diangkat menjadi profesor dalam bidang matematika. Karya Newton dalam bukunya yang diterbitkan yang berjudul Optik, terlihat usahanya dalam mengembangkan lensa untuk menanggulangi adanya aberasi sferis pada lensa. Dari hasil percobaannya, Newton justru menemukan gejala penguraian sinar putih menjadi sederetan warna seperti pelangi yang dinamakan spektrum sinar. Dia juga mengajukan teori korpuskuler cahaya yang berlawanan dengan teori undulasi yang diajukan oleh Huygens pada masa itu.

Hasil penelitiannya dalam optika menyebabkan dia memperoleh tempat yang tinggi diantara ilmuwan sezamannya. Namun, sebenarnya karya yang terbesar adalah dalam bidang mekanika dimana dalam tahun 1687 dia menerbitkan bukunya Principia atau lengkapnya Philosophiae Principle of Natural Philosophy. Banyak ilmuwan fisika yang hidup sezaman dengan Newton seperti Robert Boyle (1627 - 1691), Christian Huygens (1629 - 1695), dan Robert Hooke (1635 - 1703).

Demikianlah periode kedua dari perkembangan fisika, dengan sumbangsih ilmu yang besar. Zaman ini marupakan zaman emas terbukanya kotak pandora misteri alam, dengan Newton sebagai puncak menara yang begitu bersinar. Sampai saat ini, saat manusia telah melakukan eksplorasi jauh diantara bintang-bintang, teori Newton tetap menjadi rumusan utama terkait teknis teknologi yang digunakan. Meskipun banyak teori-teori lain yang juga digunakan.

Kamis, 17 Januari 2019

Video Teknologi Stadion Sepak Bola


Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di Bumi saat ini. Yah.. walaupun saat ini sedang heboh di Indonesia tentang Mafia bola, namun tetap tidak mengurangi kecintaan sebagai penikmat bola. Selain karena level permainan telah berbeda dari awal kemunculannya berabad-abad lalu, sepak bola juga didukung oleh kecanggihan fasilitas yang memanjakan para pemain dan penikmat sepak bola. Salah satu fasilitas yang sarat akan teknologi adalah stadion. Stadion sepak bola, khususnya di Eropa, menghadirkan beragam teknologi yang memperkaya fungsinya. Stadion modern saat ini lebih menyerupai pusat pertunjukan dan hiburan, tidak hanya sebagai arena kulit bundar. Bagaimana kehebatan stadion sepak bola, khususnya yang ada di Jerman? Berikut videonya.


Periode Kedua (1550 - 1800) : Munculnya Metode Eksperimen (Bagian 2 - Tycho Brahe dan Kepler)


Karya-karya Galileo sangat menginspirasi banyak orang yang mulai memikirkan mekanisme kerja dari alam ini. Semua penjelasan yang muncul mulai logis dan ditunjukkan bukti nyata yang memberikan pemahaman ke orang-orang. Pada masa ini lah metode eksperimen mulai berkembang pesat. Setiap pemikiran baru dituntut bukti secara eksperimen terkait teori yang diajukan. Setelah masa Galileo, terdapat dua ilmuan yang menjadi inspirasi sains saat ini.

Karya Tycho Brahe (1546 - 1601) dan Kepler (1571 - 1630) penting bukan karena sumbangannya langsung pada pengembangan fisika, tetapi pada karyanya yang saling bergantung satu dengan lainnya seperti umumnya sains dewasa ini. Tycho adalah seorang eksperimentalis, seorang pengamat yang menyuplai data yang cermat, sedangkan Kepler adalah seorang teoretis yang memerlukan data akurat yang didapat dari Tycho untuk menyusun teori baru mengenati gerak planet. Antara keduanya saling memerlukan. Kadang-kadang teori yang mendahului eksperimen dan kadangkala eksperimen yang mendahului teori. Tetapi tidak ada yang berhasil tanpa yang lainnya.

Tycho bekerja selama 20 tahun di observatorium Uraniborg, Denmark, yang menghasilkan katalog bintang dan data astronomis yang cermat meskipun tidak menggunakan teleskop. Uniknya Tycho menolak teori Copernicus, karena sebagai konsekuensi dari teori heliosentris semestinya terdapat paralaksis bintang. Namun, karena sepanjang data hasil pengamatannya dia tidak pernah menemukan paralaksis ini, maka itulah yang membuatnya ragu dan tidak setuju dengan teori heliosentrisnya Copernicus dan kembali ke pandangan geosentris.

Kepler yang merupakan asistennya Tycho ketika bekerja di Observatorium Prague di Jerman, mempelajari dengan tekun data pengamatan Tycho. Dia mengakui teori heliosentris. Dia mempelajari dengan seksama gerak planet Mars. Mulanya dia menggunakan data posisi planet dan mengasumsikan orbit Mars berupa lingkaran dengan matahari berada di pusat, tetapi tidak cocok. Akhirnya dia membuang asumsi gerak melingkar beraturan ini. Dia mengasumsikan bahwa kecepatan planet berubah-ubah dan berbanding terbalik dengan jarak planet ke matahari. Asumsi inilah yang dikenal dengan hukum kedua Kepler, dengan menyatakan bahwa vektor jari-jari dari matahari ke planet pada waktu yang sama menggambarkan luas yang sama. Asumsi ini hasilnya cukup mendekati, namun masih ada sedikit galat yang harganya melampaui batas galat pengamatan.

Akhirnya ia mencoba dengan bentuk orbit yang lain, mula-mula dengan bentuk lingkaran oval, tetapi hasilnya belum benar. Lalu ia mencoba dengan bentuk elips dimana matahari berada di salah satu titik fokusnya. Perhitungan ini akhirnya menemukan buahnya. Untuk lintasan elips ini, antara teori dan pengamatan hasilnya sangat cocok, dan inilah yang dinamakan hukum pertama Kepler. Selanjutnya dengan mencermati lebih jauh hasil pengamatan Tycho, dia menemukan hubungan antara periode dengan jari-jari orbit planet. Inilah akhirnya dikenal sebagai hukum ketiga Kepler, yang menyatakan bahwa kuadrat waktu edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga rata-rata jari-jari orbitnya.

Tetapi apa yang menyebabkan planet bergerak? Mengapa planet yang lebih di luar orbitnya dari matahari bergerak lebih lambat? Menjawab pertanyaan ini, Kepler mengajukan spekulasi gagasan bahwa antara dua benda terjadi tarikan. Ide Kepler inilah yang selanjutnya kemudian dikembangkan oleh Newton menjadi suatu teori yang sangat terkenal yaitu teori gravitasi universal.

Selain itu, Kepler juga memberikan sumbangan penting dalam bidang optika. Dia memahami prinsip pemantulan total dan bagaimana menentukan sudut kritis. Dia juga mempelajari pembiasan oleh udara dan mengajukan tipe lensa miniskus dan teleskop astronomis.

Rabu, 16 Januari 2019

Lecture Video Geometric Anatomy of Theoretical Physics

Geometri, yang selama ini dikenal dalam matematika nyatanya berkembang atas fenomena-fenomena fisika. Awalnya kajian geometri dikembangkan berdasarkan fenomena optik. Namun, dengan banyaknya kajian-kajian, memunculkan aksioma-aksioma dan teorema-teorema yang canggih, geometri akhirnya menjadi keasyikan dikaji secara teoretik. Bahkan geometri dianggap menjadi suatu objek yang matematis. Faktanya, geometri adalah objek yang dapat dikaji secara empiris. 

Saat ini, perkembangan geometri menjadi sangat liar (dalam arti positif) dan mampu menuntun pemahaman manusia tentang alam semesta. Sejak penggunaannya dalam ranah relativitas umum, geometri kini menjadi primadona untuk menjelaskan banyak hal.

Ingin tau lebih banyak tentang geometri dalam fisika? simak video perkuliahan bertajuk "Lectures on Geometric Anatomy of Theoretical Physics" oleh Dr. Frederic P Schuller.

Lecture 02 : Axioms set of Theory
Lecture 03 : Classification of Sets
Lecture 04 : Topological Spaces -  Construction and Purpose
Lecture 05 : Topological Spaces - Some Heavily used Invariant
Lecture 06 : Topological Manifolds and Manifold Bundles
Lecture 07 : Differentiable Structures definition and classification
Lecture 08 : Tensor Space Theory I : Over a Field
Lecture 09 : Differential structures : The pivotal concept of tanget vector spaces
Lecture 10 : Construction of the tangent bundles
Lecture 11 : Tensor Space Theory II : Over a Ring
Lecture 12 : Grassmaan Algebra and DeRham Cohomology
Lecture 13 : Lie Groups and Their Lie Algebra
Lecture 14 : Classsification of Lie Algebras
Lecture 15 : The Lie Gorup SL(C2)
Lecture 16 : Dynkin Diagrams from Lie Algebra
Lecture 17 : Representation Theory of Lie Groups and Lie Algebra
Lecture 18 : Reconstruction of a Lie Groups from its Lie Algebra
Lecture 19 : Principle Fibre Bundles
Lecture 20 : Associated Fibre Bundles
Lecture 21 : Concections and Connection 1-form
Lecture 22 : Local representation of the connection on the base manifold
Lecture 23 : Parallel Transport
Lecture 24 : Curvarture and Torsion on Principal Bundles
Lecture 25 : Covariant Derivative
Lecture 26 : Application : Quantum Mechanics on Curved Space
Lecture 27 : Application : Spin Structure
Lecture 28 : Application : Kinematical and Dynamical Symetries


Simak pula video-video perkuliahan lainnya disini


Periode Kedua (1550 - 1800) : Munculnya Metode Eksperimen (Bagian 1 - Kisah Galileo)


Sejak kemunculan pandangan Copernicus, maka dimulailah kembali semangat para pemikir untuk mempertanyakan sesuatu. Kembali pertanyaan yang menarik masih seputar benda langit yang membawa banyak sumber pengetahuan dan inspirasi. Sejak pandangan Copernicus, maka muncul ilmuwan jenius yang merupakan bapaknya fisika modern dan banyak memperkenalkan fisika eksperimental. Dia adalah Galileo Galilei (1564 - 1642).

Pada usianya yang ke tujuh belas, tahun 1581, dia membuat penelitian dan penemuan pulsometer (ayunan sederhana) dari bila dan pegas dimana waktu ayunnya tidak bergantung dari amplitudo ayunannya. Pada usia 26 tahun (1590), melalui percobaannya dia menunjukkan kesalahan pandangan Aristoteles mengenai benda jatuh. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa benda jatuh itu kecepatannya sama, walaupun beratnya berbeda-beda.

Pada 1609, Lepperhey, seorang ahli optika Belanda menemukan bahwa benda yang jatuh bila dilihat melalui tabung yang dilengkapi dengan dua buah lensa kaca, tampak lebih dekat dan terbalik. Galileo yang mendengar penemuan ini lalu pada tahun 1610 membuat teleskop yang dipamerkannya di Venesia selama lebih dari satu bulan. Dengan teleskopnya itu Galileo memperlihatkan bahwa planet-planet itu tampak seperti piringan yang bersinar, sedangkan bintang-bintang tampak gelap seperti titik cahaya. Dia juga menemukan empat buah satelit Jupiter, fase-fase dari Venus, serta bintik noda dan rotasi matahari.

Penemuan ini mendukung pandangan Copernicus dan menentang pandangan Aristoteles. Hal ini menyebabkan dia dibenci gereja sehingga dalam tahun 1615 dia ditahan. Namun pada tahun 1623, teman Galileo yang bernama Berberini menjadi Paus Urban VIII. Akhirnya dia mendapat izin dari  paus untuk kembali menulis teori-teorinya. Ini menandakan bahwa pada abad ke tujuhbelas banyak terjadi perang antara ilmu dan teologi.

Dalam tahun 1636, di tahun-tahun terakhir hayatnya ia menulis dan menerbitkan teori tentang kohesi dan gerak dalam tulisannya "Dialogues on Two New Sciences". Mengenai gerak, Galileo menyatakan bahwa bila hambatan medium itu dihilangkan, maka semua benda akan turun dengan kecepatan yang sama. Dia menurunkan rumus gerak dengan percepatan seragam. Dia juga menyatakan bahwa gerak peluru adalah parabola dan bila hambatan dihilangkan maka benda yang ditembakkan sepanjang bidang mendatar akan bergerak untuk seterusnya. Inilah awal mula konsep hukum kelembaman.

Karya Galileo dalam mekanika telah meratakan jalan bagi Newton dalam mengembangkan tiga hukum gerak yang sangat terkenal itu dan ini merupakan dasar dari mekanika.

Selasa, 15 Januari 2019

Periode Pertama : Masa Kuno sampai 1550 (bagian 2)



Democritus (460 - 370 SM) menyatakan bahwa alam ini terdiri dari ruang hampa dan partikel-partikel kecil yang tak berhingga. Partikel-partikel kecil ini tidak dapat dibagi lagi dan tidak dapat dilihat dan dinamakan atom. Partikel ini berbeda satu dengan lainnya dalam bentuk, posisi, dan susunannya. Dia berargumentasi bahwa penciptaan materi itu tidak mungkin karena tidak ada sesuatu yang berasal dari tiada.

Aristoteles (384 - 322 SM) memiliki banyak sumbangan dalam banyak cabang pengetahuan seperti logika, retorika, etika, metafisika, psikologi, dan ilmu alam. Dia mengemukakan pentingnya fakta dalam pengembangan ilmiah. Ada dua sumbangan Aristoteles dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Pertama mengenai benda jatuh yang mana dia mengatakan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dari benda yang lebih ringan. Kedua mengenai gerak bumi, matahari, dan planet. Bahwa bumi tidak bergerak dan terletak di pusat, sedangkan matahari, planet, dan bintang dibawa oleh bola konsentris yang mengitari bumi.

Aristarchus (310 - 230 SM) menyatakan bahwa bintang dan matahari tidak bergerak, sedangkan bumi bergerak mengitari matahari dalam bentuk lingkaran. Bintang-bintang bertebar dalam bola yang jauh lebih besar dari pada orbit edar bumi. Ini adalah pandangan atau heliosentris yang pertama, namun teori ini tenggelam dalam kebesaran Aristoteles dengan pandangannya yang geosentris. Barulah dua ribu tahun kemudian teori ini mendapat pengakuan setelah diungkapkan oleh Copernicus dalam tahun 1500 M.

Archimedes (281 - 121 SM) terkenal dengan prinsip hidrostatikanya. Ia menyatakan bahwa suatu benda padat yang lebih berat dari zat cair bila diletakkan dalam cairan tersebut akan tenggelam ke bawah cairan itu. Demikian pula jika benda padat ditimbang dalam cairan akan lebih ringan dari berat sebenarnya seberat zat cair yang dipindahkan oleh benda padat tersebut.

Ptolomeus (70 - 147 M) merupakan pemikir yang berasal dari Alexandria. Ia banyak membahas tentang optik, seperti pemantulan cermin datar, cermin cekung dan cembung. Dia juga mempelajari pembiasan cahaya dengan melakukan eksperimen. Dia menyatakan sudut datang dan sudut bias dalam derajat serta mengemukakan bahwa pasangan medium tertentu memiliki perbandingan sudut datang dan sudut biasnya tetap.

Setelah zaman Ptolomeus di awal abad pertama Masehi, tampaknya pemikiran orang tentang alam seperti terhenti. Tidak ada pemikiran-pemikiran baru yang muncul sampai dengan pertengahan abad ke-16. Namun ada beberapa hasil karya beberapa pemikir yang muncul selama masa stagnasi ini. Diantaranya adalah Alhasen (1000 M) dari Arab yang banyak hasil karyanya dalam bidang optika seperti sistem optik pada mata, hukum cermin cekung dan cermin cembung, dan hukum pembiasan yang lebih rinci.

Dalam abad pertengahan muncul Leonardo da Binci (1452 - 1519) yang banyak mengemukakan gagasan tentang gaya, inersia, percepatan, hukum gerak, dan yang lainnya. Mungkin saat ini da Vinci lebih terkenal akan lukisannya yang fenomenal. Faktanya, dia adalah perpaduan antara jiwa seni dan ilmuwan. Banyak karyanya dalam ilmu pengetahuan yang mendapat pengakuan. Leonardo da Vinci merupakan sosok jenius yang menyenangi segala bidang ilmu berbalut dalam jiwa seni yang fenomenal.

Akhirnya mengawali abad keenambelas ini muncul Copernicus (1473 - 1543) yang mendukung pandangan alam Phytagoras dan menentang pandangan geosentris. Teorinya ini memandang bahwa bumi adalah planet yang sama dengan planet lainnya yang bergerak mengelilingi matahari. Pandangan inilah yang dinamakan heliosentris. Teorinya ini dapat menjelaskan terjadinya musim, gerak planet, serta urutan planet yang benar.

Senin, 14 Januari 2019

Pelangi, Pelangi, Alangkah Indahmu



Melihat pelangi, entah mengapa sering membuat saya merasa merinding. Barisan warna membentang dari langit, sangat indah dan juga (sedikit) langka.

Orang dulu mengira pelangi adalah tanda dari para dewa. Pelangi bahkan dianggap sebagai jalur sarana komunikasi dengan para dewa, dengan melemparkan uang ke pelangi dan memberikan pesan untuk disampaikan ke penerima. Itu tidak mengherankan. Pelangi muncul di langit, sepertinya secara mendadak, lalu sama misterius dengan kehadirannya, ia menghilang.

Sekarang, kita cukup banyak tahu tentang bagaimana pelangi terjadi, tetapi itu tidak harus membuat kita tidak menghargainya. Para ilmuwan yang membongkar misteri pelangi mengatakan bahwa matematika yang menjelaskan pelangi juga istimewa dan indah (walaupun juga sangat rumit).

Perhatikan, urutan warna pelangi selalu sama, merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Walaupun banyak warna diantaranya, namun itulah warna yang terlihat sangat kuat. Merah adalah pita warna paling cemerlang, memanjang di puncak lengkungan. Kemudian berjajar warna-warna lainnya, yang masing-masing lebih pucat dari sebelumnya. Ungu, yang berada di bagian terdalam lengkungan, adalah yang paling redup dan paling sukar dilihat dibanding lainnya.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, terbuat dari apakah pelangi itu? Jawabannya sederhana. Harus ada butir-butir air di udara, cahaya, dan tentu saja seseorang untuk melihatnya.

Namun, sekedar matahari muncul di tengah hujan masih belum cukup. Semua harus berada di urutan yang tepat. Matahari harus rendah di langit, bahkan sedikit di bawah garis cakrawala. Seseorang yang melihat harus berada membelakangi matahari, memandang ke arah dimana hujan turun atau dimana hujan baru turun.

Proses terjadinya pelangi kira-kira sebagai berikut. Seberkas sinar matahari dalam perjalanan panjangnya di angkasa menembus pusat tetesan air hujan. Saat berkas sinar menembus bagian luar tetesan air, ia membias sedikit. Tetesan air hujan bertindak sebagai prisma, dan membiaskan setiap warna yang tersembunyi dalam sinar putih. Jadi saat sinar itu memasuki tetesan air hujan, sinar putih mendadak terpecah menjadi berkas-berkas warna yang cantik.

Di dalam tetesan air hujan, berkas-berkas berwarna bertabrakan dengan dinding dalam tetesan. Dinding ini bertindak seperti cermin, dan memantulkan berkas cahaya darinya. Kini dengan lebih terbiaskan lagi, berkas cahaya melesat keluar dari tetesan melalui sisi yang sama saat masuk.

Sinar matahari awalnya datang dari belakang orang. Kini cahaya yang sudah berubah kembali pada orang tersebut. Mata kita melihat pelangi warna warni dalam bentuk lengkungan di langit yang merupakan cahaya yang dibiaskan dan dipantulkan oleh ratusan ribu tetesan kecil air hujan.

Sesekali, dalam situasi yang sangat jarang, kita mungkin mendapatkan kesenangan langka melihat dua pelangi muncul bersamaan. Yang kedua, lebih besar dan sangat pucat sampai nyaris tidak terlihat serta warnanya terbalik. Pita paling luar adalah ungu dan pita paling dalam adalah merah. Pelangi ganda disebabkan oleh berkas cahaya yang dipantulkan dua kali di dalam tiap tetesan air hujan.

Karena ini adalah tipuan cahaya, pelangi bukan benda di langit seperti burung atau awan. Setiap orang yang ada di sana melihat pelangi yang berbeda, yang tercipta dari berkas cahaya yang mengalir dari belakangnya dan memantul dari tetesan air hujan di depannya. Pelangi yang kita lihat adalah pelangi kita sendiri. Oleh karena itu, dua orang yang berbeda tidak akan melihat pelangi dengan posisi yang persis sama.

Baca artikel fenomena alam lainnya disini