Sejauh ini, pembahasan waktu kosmik, terutama tentang mulainya kehidupan, membawa kita pada teori evolusi. Banyak sanggahan dan perdebatan tentang teori evolusi ini. Perdebatan itu muncul didasari ketidaksukaan manusia, sebagai mahluk yang paling mulia, tentang kemungkinan asal usulnya. Ya.. bagaimana mungkin manusia bisa berasal dan terbentuk dari mahluk yang tidak berbentuk seperti kita? Terkungkung pada klasifikasi mahluk hidup menjadi 3, manusia, hewan, dan tumbuhan, pandangan evolusi dianggap merendahkan martabat manusia.
Tapi tunggu dulu...
Perdebatan adalah hal yang wajar dalam sains. Yang penting, dalam perdebatan itu dipenuhi dengan dukungan fakta-fakta empiris yang bisa dibuktikan. Suatu teori boleh gagal uji, yang digantikan oleh teori baru. Namun, selama teori itu belum gagal uji dan bahkan banyak bukti yang mendukung, maka perlu usaha lain untuk menyanggah teori itu.
Intinya adalah, besarkan pikiran kita. Keluar dari tempurung yang membelenggu pikiran. Keluar dari batas-batas yang pernah kita ketahui. Pertanyakan segala hal. Cari bukti-bukti yang banyak.
Ingat! Jika ilmuwan pada masa lalu terbelenggu oleh penguasa pada saat itu, maka sains tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Semua akan terkungkung pada dogma yang diberikan dan yang harus diikuti. Tidak ada modernisasi seperti saat ini. Bahkan, mungkin kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini (karena internet mungkin tidak ada.. hehehe).
Jadi, untuk bisa memahami sesuatu, mulai letakkan dulu pemikiran awal kita. Coba selami teori yang ada. Pertanyakan buktinya. Cari bukti tandingan. Setelah itu, simpulkan apakah teori itu cocok atau tidak.
Besarkan pikiran kita dalam jagat raya yang luas ini. Jika tidak, kita yang kecil ini tidak akan pernah bisa memahami apapun. Kita hanya akan merasa paling benar. Iingin menguasai dunia. Dunia yang kecil, yang hanya setitik debu dalam lautan alam semesta....
Pada kesempatan lain, akan dibahas bagaimana teori kehidupan itu, perdebatannya, serta bukti-bukti yang diberikan oleh sains. Tanpa mengurangi rasa syukur kita sebagai manusia. Tanpa mengurangi keyakinan kita pada Sang Pencipta...
0 komentar:
Posting Komentar